Daris Rajih

Search…View…Copy…Paste…

Menanti Tetesan Air

Sejak kematian Maha Patih Gajah Mada dan Prabu Hayam Wuruk, kerajaan Majapahit mengalami kemunduran drastis. Berangsur-angsur kerajaan yang dahulu pernah dipersatukan Gajah Mada, mulai memisahkan diri, baik secara terang-terangan maupun dengan sembunyisembunyi.

Namun demikian Majapahit masih merupakan kerajaan terbesar di Pulau Jawa. Wibawanya masih terasa kuat di dunia luar, walaupun sesungguhnya dari dalam kerajaan itu sudah sangat keropos. Perang saudara antara kerabat istana tiada henti-hentinya. Rakyat menjadi korban. Kesengsaraan dan bahaya kelaparan melanda di mana-mana.

Kesetiaan para pembesar dan bupati mulai menipis. Banyak upeti kerajaan yang tidak sampai ke tangan raja. Kejahatan melanda di mana-mana, banyak tindak kekerasan, perampokan dan pencurian. Bahkan banyak satuan-satuan tentara kerajaan yang melepaskan diri dan beralih profesi sebagai gerombolan perampok yang menjarah harta benda kaum bangsawan dan rakyat jelata.

Continue reading

March 15, 2008 Posted by | Kisah Sufi, Sunan Gresik | Leave a comment

Satria Mega Pethak

Siang yang terik. Matahari memanggang bumi yang gersang di desa Tanggulangin. Dari ujung desa nampak serombongan orang berkuda bersorak-sorai meneriakkan kata-kata kasar dan kotor. Mereka memacu kudanya dengan kecepatan tinggi.

Penduduk desa, terutama wanita dan anak-anak yang berada di luar rumah, langsung berteriak ketakutan dan masuk ke dalam rumah masing-masing ketika melihat gerombolan orang berkuda itu memasuki jalanan desa.

Gerombolan orang berkuda itu ada sekitar dua puluh orang, terus memacu kudanya hingga ketengah-tengah perkampungan penduduk.Dua orang berada di barisan terdepan mengangkat tangannya tinggi-tinggi sebagai pertanda agar mereka yang dibelakangnya berhenti.

Agaknya dua orang yang berada paling depan itu adalah pemimpinnya. Yang pertama tubuhnya tinggi besar, berewokan, ada membawa tanda tentara kerajaandi dadanya namun tanda itu dikenakan enaknya saja tanpa mengindahkan aturan satuan pasukan. Yang seorang lagi bertubuh sedang bahkan agak kurus, namun pakaiannyalebih bersih dan rapi. Hanya saja pakaian yang dikenakannya adalah pakaian biasa pakaian para petani perdesaan.

Continue reading

March 15, 2008 Posted by | Kisah Sufi, Sunan Gresik | Leave a comment

Suluk Wragul (Sunan Bonang)

Dhandhhanggula

Wragul 1

Berang-berang, jika diteliti ini raga
Belum ketemu hakikatnya
Ada atau tidakkah ia
Sebenarnya aku ini siapa
Impian beraneka ragam
Kalau dipikirkan
Akhirnya menyedihkan
Yang mustahil banyak sekali
Segala wujud di semesta ini
Tak putus-putus sama sekali

Wragul 2

Maka dengarlah perlambang ini
Ada kera hitam sedang berdiri
Di tepi sungai
Tertawa keras tak kepalang
Kepada berang-berang yang mencari makan
Siang dan malam
Terus tanpa kesudahan
Tak ingat bahwa ia diciptakanTuhan
Yang diingat hanya makanan
Tanpa memperdulikan
Bahaya mengncam

Wragul 3

Continue reading

March 15, 2008 Posted by | Karya Sastra | 1 Comment

Tembang Tamba Ati (Sunan Bonang)

“Tamba ati iku sak warnane,
Maca Qur’an angen-angen sak maknane,
Kaping pindho shalat sunah lakonona,
Kaping telu wong kang saleh kancanana,
Kaping papat kudu wetheng ingkang luwe,
Kaping lima dzikir wengi ingkang suwe,
Sopo wongé bisa ngelakoni, Insya Allah Gusti Allah nyemba dani.

Artinya :

Obat sakit jiwa ( hati ) itu ada lima jenisnya.
Pertama membaca Al-Qur’an dengan artinya,
Kedua mengerjakan shalat malam ( sunnah Tahajjud ),
Ketiga sering bersahabat dengan orang saleh ( berilmu ),
Keempat harus sering berprihatin ( berpuasa ),
Kelima sering berdzikir mengingat Allah di waktu malam,
Siapa saja mampu mengerjakannya, Insya Allah Tuhan Allah mengabulkan.

March 15, 2008 Posted by | Karya Sastra | 3 Comments

Syekh Maulana Makhdum Ibrahim (Sunan Bonang)

Raden Makhdum Ibrahim, or Sunan Bonang, was the eldest son of Sunan Ampel of Surabaya. As a young man he travelled together with Raden Paku (Sunan Giri) to North Sumatra, where he received religious education from Syekh Maulana Ishak. Following his return to Java he settled at Bonang on the north coast. It is said that Sunan Bonang did not marry and left no descendants, preferring instead to devote his life to spreading the religious message. He is also believed to have been the first Imam of the Great Mosque in Demak, which he assisted in constructing. According to one story, Sunan Bonang was responsible for the conversion to Islam of another member of the Wali Songo, Sunan Kalijaga. Not suprising then that he, like his famous student, is highly venerated. An account of the death of Sunan Bonang, apparently in A.D. 1525, records that it had been planned for his remains to be shipped from Bonang to Surabaya, where he was to be buried alongside his father. Due to the rough conditions at sea, however, it was impossible to sail further than Tuban. for which reason his grave is found there today.

Dari berbagai sumber disebutkan bahwa Sunan Bonang itu nama aslinya adalah Syekh Maulana Makdum Ibrahim. Putra Sunan Ampel dan Dewi Condrowati yang sering disebut Nyai Ageng Manila. Ada yang mengatakan Dewi Condrowati itu adalah putri Prabu Kertabumi ada pula yang berkata bahwa Dewi Condrowati adalah putri angkat Adipati Tuban yang sudah beragama Islam yaitu Ario Tejo.

Continue reading

March 15, 2008 Posted by | Kisah Sufi, Sunan Bonang | 2 Comments

Maulana Malik Ibrahim (Sunan Gresik)

Maulana Malik Ibrahim, also known as Syekh Maghribi, is generally considered to be the ‘father’of the Wali Songo. Little is known about his origins, although it has. been suggested that he came either from Persia, Turkey, or Northern India. A possible date for his arrival in Java is A.D. 1404. As one of Indonesia’s pioneers in the spreading of the Islamic faith, he was based in East Java and attracted converts in the region of Gresik, where he died in 822 H. (A.D. 1419). His tombstone is of particular interest, since it was not made locally but ordered and shipped to Java from Gujarat in north western India. The stone, carved from white marble and intricately inscribed with Arabic letters, is one of a very few which have found their way to Indonesia. Other examples are known to exist in Palembang and in the North Sumatran province of Aceh.

Siapa Kakek Bantal ?

Jauh sebelum Kakek Bantal datang ke Pulau Jawa, sebenarnya sudah ada masyarakat Islam di daerah-daerah pantai utara. Termasuk di desa Leran. Hal itu bisa dibuktikan dengan adanya makam seorang wanita bernama Fatimah Binti Maimun yang meninggal pada tahun 475 Hijriyyah atau pada tahun 1082 M.

Bahkan pada tahun 99 H, Sri Maharaja Serindrawarman dari kerajaan Sriwijaya di Sumatra telah masuk Islam. Kemudian pada abad pertama Hijriyyah, menurut K.H. Sirajuddin Abbas, di Pulau Jawa sudah ada seorang raja yang masuk agama Islam yaitu Ratu Sima. Menurut dokumen disebut Ratu Simon. Dalam dokumen itu disebutkan bahwa Rati Sima adalah penguasa kerajaan Kalingga di Jepara Jawa Timur (mungkin dahulu wilayah Jawa Timur, tetapi sekarang kota Jepara adalah daerah Jawa Tengah).

Continue reading

March 15, 2008 Posted by | Kisah Sufi, Sunan Gresik | 2 Comments

Raden Rachmad (Sunan Ampel)

If Maulana Malik Ibrahim community in Java, then Sunan Ampel of Surabaya is recognized as the figure who cultivated and consolidated the influence of his predecessor. Tradition has it that Sunan Ampel was a kind of ‘older brother’, to whom the other walls went for guidance. Indeed, two members of the Wali Songo, Sunan Bonang and Sunan Drajat, were his own sons. It is said further that Sunan Ampel was the spiritual force behind the founding of Java’s first Islamic kingdom in Demak. As to the origins of Sunan Ampel, it is believed that his father Syekh Maulana Ibrahim Asmorokondi,who came from the Middle East or somewhere in Central Asia, married a princess of Campa, from where the young Raden Rachmad (Sunan Ampel) arrived in Java early in the 15th century. He died in A.D. 1479 and was buried at Ngampeldenta, Surabaya.

Di Rusia selatan ada sebuah daerah yang disebut Bukhara. Bukhara ini terletak di Samarqand. Sejak dahulu daerah yang disebut Bukhara. Bukhara ini terletak di Samarqand. Sejak dahulu daerah Samarqand dikenal sebagai daerah Islam yang menelorkan ulama-ulama besar seperti sarjana hadist terkenal yaitu Imam Bukhari yang mashur sebagai perawi hadits sahih.

Di Samarqand ini ada seorang ulama besar bernama Syekh jamalluddin Jumadil Kubra, seorang Ahlussunnah bermahzab Syafi’i, beliau mempunyai seorang putra bernama Ibrahim. Karena berasal dari Samarqand maka Ibrahim kemudian mendapat tambahan Samarqandi. Orang jawa sangat sukar mengucapkan Samarqandi maka mereka hanya menyebutkan sebagai Syekh Ibrahim Asmarakandi.

Continue reading

March 15, 2008 Posted by | Kisah Sufi, Sunan Ampel | 1 Comment

Joko Samudra (Sunan Giri)

A mong the traditional literature relating to the Wali Songo the name of Sunan Giri is especially prominent. Furthermore, his names are many, among them Raden Paku, Sultan Abdul Fakih, Maulana ‘Ainul Yaqin, as well as Joko Samudra. This last name is connected with the semi-legendary account of his early years. The story goes that he was born from the marriage of a Muslim scholar named Maulana Ishak with a princess of the East Javanese kingdom of Blambangan. Forced to abandon the child shortly after his birth, his mother set him adrift on the ocean from where he was rescued by sailors and brought to Gresik. Here he was adopted by a woman named Nyai Gede Pinatih, who was a ship owner and the sailors’ employer. She subsequently named the young boy Joko Samudra, ‘Samudra’ meaning ocean. When he was old enough, Joko Samudra was taken by his mother to Surabaya, where he began receiving religious instructions from Sunan Ampel. It was not long before the teacher discovered the boy’s true identity and thus, when he considered that the student had learned enough, sent him, together with his own son Makhdum Ibrahim (later to be known as Sunan Bonang), to broaden his education further afield. It is said that the two travelled to Aceh, or possibly Malacca, where they were received by Maulana lshak. Here, Joko Samudra, or Raden Paku as he was known by now, learned of his real parents and he story of his abandonment. After three years of study with his father, Raden Paku returned to Gresik, where he founded a religious institution on the hill at Giri.

1. SYEKH WALI LANANG
Di Awal abad 14 M. Kerajaan Blambangan diperintah oleh Prabu Menak Sembuyu. Salah sorang keturunan Prabu Hayam Wuruk dari kerajaan Majapahit. Raja dan rakyatnya memeluk agama Hindu dan ada sebagaian yang memeluk agama Budha.

Pada suatu hari Prabu Menak Sembuyu gelisah, demikian pula permaisurinya, pasalnya putri mereka satu-satunya telah jatuh sakit selama beberapa bulan. Sudah diusahakan mendatangkan tabib dan dukun untuk mengobati tapi sang putri belum sembuh juga.

Continue reading

March 15, 2008 Posted by | Kisah Sufi, Sunan Giri | 4 Comments

Raden Qosim (Sunan Drajat)

Sunan Drajat, also known as Syarifuddin, or Raden Qosim, was the second son of Sunan Ampel and younger brother of Sunan Bonang. He received religious training from his father in Surabaya, following which he moved to the region of Paciran, settling in the village of Jelag. After about two years he had attracted quite a large following and in A.D. 1502 built a mosque, the official opening of which was attended by the other members of the Wali Songo. The village of Jelag, later to be known as Drajat, was eventually granted to the Sunan and his descendants as a token of respect by the Sultan of Demak. Sunan Drajat is best known for his social activity and charitable works, which he carried out in the Paciran area for almost forty years. He is said to have created the Gending Pangkur, a special melody for the traditional Javanese gamelan orchestra, with which he converted the local populace. Some fragments of these ancient instruments have been preserved and are now on display in a small museum next to the Sunan’s tomb.

1. ASAL USUL
Nama asli Sunan Drajad adalah Raden Qosim, beliau putra Sunan Ampel dengan Dewi Condrowati dan merupakan adik dari Raden Makdum Ibrahim atau Sunan Bonang. Raden Qosim yang sudah mewarisi ilmu dari ayahnya kemudian di perintah untuk berda’wah di sebelah barat Gresik yaitu daerah kosong dari ulama besar antara Tuban dan Gresik.

Continue reading

March 15, 2008 Posted by | Kisah Sufi, Sunan Drajat | Leave a comment