Daris Rajih

Search…View…Copy…Paste…

Asy-Syibli Dan Al-Junaid

Abu Bakr ibnu Dulaf ibnu Jahdar (‘asy-Syibli’), dan Abul Qasim al-Junaid, si ‘Merak Kaum Terpelajar’, adalah dua guru Sufi awal. Mereka berdua hidup dan mengajar lebih dari seribu tahun yang lalu. Kisah tentang masa belajar asy-Syibli di bawah al-Junaid, diberikan di sini, diambil dari The Revelation of the Veiled, salah satu dari buku-buku penting dalam bidangnya. al-Junaid sendiri memperoleh spiritualitasnya melalui pengaruh Ibrahim ibnu Adham (‘Ibnu Adhem’ dalam puisi Leigh Hunt), ia sebagaimana Budha, adalah seorang pangeran yang turun tahta mengikuti tarekat (Jalan), dan meninggal pada abad kedelapan.

Asy-Syibli, anggota istana yang angkuh, pergi ke al-Junaid, mencari pengetahuan sejati. Katanya, “Aku dengar bahwa engkau mempunyai karunia pengetahuan. Berikan, atau juallah padaku.”

Al-Junaid berkata, “Aku tidak dapat menjualnya padamu, karena engkau tidak mempunyai harganya. Aku tidak memberikan padamu, karena yang akan kau miliki terlalu murah. Engkau harus membenamkan diri ke dalam air, seperti aku, supaya memperoleh mutiara.”

“Apa yang harus kulakukan?” tanya asy-Syibli.

“Pergilah dan jadilah penjual belerang.”

Setahun berlalu, al-Junaid berkata padanya, “Engkau maju sebagai pedagang. Sekarang menjadi darwis, jangan jadi apa pun selain mengemis.”

Asy-Syibli menghabiskan satu tahun mengemis di jalanan Baghdad, tanpa keberhasilan. Ia kembali ke al-Junaid, dan sang Guru berkata kepadanya:

Continue reading

March 12, 2008 Posted by | Asy-Syibli, Junaid Al-Baghdadi, Kisah Sufi | 10 Comments

Mengapa Anjing Tidak Dapat Minum

Asy-Syibli ditanya:

“Siapa yang membimbingmu di jalan?”

Ia berkata, “Seekor anjing. Suatu hari aku melihatnya hampir mati kehausan, berdiri di tepi air. Setiap kali melihat bayangannya di air, ia ketakutan dan mundur, karena dikiranya itu anjing lain. Akhirnya, karena sangat membutuhkan, ia mengusir rasa takutnya dan melompat ke air; dan ‘anjing lain’ itu pun lenyap.”

Anjing tersebut menemukan bahwa rintangan, yang ternyata dirinya sendiri, penghalang antara dirinya dan apa yang ia cari, mencair.

“Dalam cara yang sama, rintanganku sendiri lenyap, ketika aku tahu bahwa itu adalah apa yang kuambil sebagai milikku sendiri. Dan jalanku pertama kali ditunjukkan padaku melalui perilaku seekor anjing.”

March 12, 2008 Posted by | Asy-Syibli, Kisah Sufi | Leave a comment

Mutiara

Syibili hendak berguru kepada Junaid, ia berkata, “Banyak yang bilang pada saya bahwa Guru adalah ahli nomor satu soal mutiara penyadaran dan hikmah ilahiah. Berilah saya salah satu mutiara itu atau juallah pada saya.”

Junaid tersenyum. “Kalau kujual, kau takkan mampu membayarnya. Kalau kau kuberi, kau akan meremehkannya, karena begitu mudah memperolehnya. Lakukanlah seperti yang kulakukan; selami Lautan. Jika kau menunggu dengan sabar, akan kau temukan Mutiaramu.”

March 10, 2008 Posted by | Asy-Syibli, Junaid Al-Baghdadi, Kisah Sufi | Leave a comment

AKU HANYA IKUT RENTAK BURUNG

Asy-Syibli yang sedang duduk di bawah sebatang pokok sambil berseru: “Hu..hu..hu..hu..hu..”

Akibatnya, orang ramai menyangka bahwa Asy-Syibli telah mengamalkan ajaran sesat kerana berzikir dengan kata-kata yang tidak

ada nashnya. “Engkau telah berzikir yang tidak ada nashnya!” kata teman-temannya.

“Mana ada?” bantah Asy-Syibli.

“Engkau berzikir dengan hu hu hu hu hu…itu dari mana sumbernya?” tanya mereka.

“Burung merpati di atas pokok itu telah menyanyi dengan bunyi “ku..ku..ku…..” maka aku mengikuti rentaknya dengan hu..hu..hu..”

jawab Asy-Syibli.

Continue reading

March 10, 2008 Posted by | Asy-Syibli, Kisah Sufi | Leave a comment

Perjalanan Ma’rifatullah

Tersebutlah Asy-Syibli, seorang murid Imam Ali Zainal ‘Abidin. Setelah selesai menunaikan ibadah haji, ia segera menemui Ali untuk menyampaikan pengalaman hajinya. Terjadilah percakapan di antara mereka.

“Wahai Syibli, bukankah engkau telah selesai menunaikan ibadah haji?” tanya Ali. Ia menjawab, “Benar, wahai Guru.”

“Apakah engkau berhenti di Miqat, lalu menanggalkan semua pakaian yang terjahit, dan kemudian mandi?”

Asy-Syibli menjawab, “Benar.”

“Ketika berhenti di Miqat, apakah engkau bertekad untuk menanggalkan semua pakaian maksiat dan menggantinya dengan pakaian taat? Ketika menanggalkan semua pakaian terlarang itu, adakah engkau pun menanggalkan sifat riya, nifaq, serta segala syubhat? Ketika mandi sebelum memulai ihram, adakah engkau berniat membersihkan dari segala pelanggaran dan dosa?”

Asy-Syibli menjawab, “Tidak.”

“Kalau begitu, engkau tidak berhenti di Miqat, tidak menanggalkan pakaian yang terjahit, dan tidak pula membersihkan diri!”

Continue reading

March 10, 2008 Posted by | Asy-Syibli, Kisah Sufi | 2 Comments

Kasih Sayang

Diceritrakan, suatu waktu Ibn Asakir bermimpi bertemu dengan Al Syibli. Kemudian dia bertanya, apa yang telah Allah perbuat terhadap Al Syibli.

Kata Al Syibli, Allah menyuruhnya berdiri di sisi-Nya, kemudian Dia bertanya,

‘ Dengan apa Kuampuni dosa-dosamu, wahai Syibli ?’

‘ Dengan sebab amal salehku,” jawab Syibli.

‘ Bukan,” tegas Allah .

‘ Dengan sebab ikhlasku dalam beribadah.”

‘ Juga bukan.”

 

Continue reading

March 10, 2008 Posted by | Asy-Syibli, Kisah Sufi | 1 Comment

Tingkatan Sabar

Seorang laki-laki datang menemui sufi besar Asy-Syibli Bin Dulaf dan ia bertanya:

“Sabar macam manakah yang tersulit bagi orang yang sabar?”

Asy-Syibli menjawab, “Sabar terhadap Allah SWT.”

Orang itu menyanggah Asy-Syibli sambil berkata, “Bukan!” kata orang itu.

Asy-Syibly menambahkan, “Sabar untuk Allah,” katanya masih terus dibantah.

“Sabar bersama Allah,” kata Asy-Syibli.

“Juga bukan!” sergah orang tadi.

“Lantas sabar yang mana yang kau maksudkan?” tanya Asy-Syibli.

“Sabar berjauhan dengan Allah,” ujar orang tadi.

Mendengar jawaban ini, Asy-Syibli berteriak sedemikian rupa hingga ruhnya nyaris melayang.

March 10, 2008 Posted by | Asy-Syibli, Kisah Sufi | Leave a comment

Pecinta

Sekelompok orang berkunjung menemui seorang guru sufi bernama Asy-Syibli. Guru sufi menyambutnya dengan terbuka.

“Kalian ini siapa?” tanya Asy-Syibli.

“Kami ingin meminta nasehat, petunjuk atau ilmu apa saja yang bisa diberkan pada kami. Kami adalah para pencintamu,” jawab mereka dengan meyakinkan.

Mendengar jawaban itu, Asy-Syibli malah memunguti kerikil di sekitarnya dan melempari mereka dengan kerikil yang dipungutnya tadi. Demi menyaksikan dan menyadari bahwa diri mereka dilempari oleh orang yang mereka sangat cintai, mereka pun lari terbirit-birit.

Dari kejauhan, Asy-Syibli berseru: “Kalian mencintaiku. Tapi kenapa kalian melarikan diri dari bencanaku?’

March 5, 2008 Posted by | Asy-Syibli, Kisah Hikmah, Kisah Sufi | Leave a comment