Daris Rajih

Search…View…Copy…Paste…

Kesadaran

Manusia mungkin berada dalam keadaan gembira, dan manusia lainnya berusaha untuk menyadarkan. Itu memang usaha yang baik. Namun keadaan ini mungkin buruk baginya, dan kesadaran mungkin baik baginya. Membangunkan orang yang tidur, baik atau buruk tergantung siapa yang melakukannya. Jika si pembangun adalah orang yang memiliki pencapaian tinggi, maka akan meningkatkan keadaan orang lain. Jika tidak, maka akan memburukkan kesadaran orang lain.

June 25, 2008 Posted by | Jalaluddin Rumi, Kisah Sufi | 1 Comment

Kebenaran

Nabi bersabda bahwa Kebenaran telah dinyatakan:

“Aku tidak tersembunyi, tinggi atau rendah

Tidak di bumi, langit atau singgasana.

Ini kepastian, wahai kekasih:

Aku tersembunyi di kaibu orang yang beriman.

Jika kau mencari aku, carilah di kalbu-kalbu ini.”

June 25, 2008 Posted by | Jalaluddin Rumi, Kisah Sufi | Leave a comment

Kelana Cinta Jalaluddin Rumi

Fariduddin Attar, seorang tokoh sufi juga, ketika berjumpa dengan Rumi yang baru berusia 5 tahun pernah meramalkan bahwa si kecil itu kelak bakal menjadi tokoh spiritual besar. Sejarah kemudian mencatat, ramalan Fariduddin itu tidak meleset.

Lahir di Balkh, Afghanistan pada 604 H atau 30 September 1207 Rumi menyandang nama lengkap Jalaluddin Muhammad bin Muhammad al-Balkhi al-Qunuwi. Adapun panggilan Rumi karena sebagian besar hidupnya dihabiskan di Konya (kini Turki), yang dahulu dikenal sebagai daerah Rum (Roma).

Ayahnya, Bahauddin Walad Muhammad bin Husein, adalah seorang ulama besar bermadzhab Hanafi. Dan karena kharisma dan tingginya penguasaan ilmu agamanya, ia digelari Sulthanul Ulama (raja ulama). Namun rupanya gelar itu menimbulkan rasa iri pada sebagian ulama lain. Dan merekapun melancarkan fitnah dan mengadukan Bahauddin ke penguasa. Celakanya sang penguasa terpengaruh hingga Bahauddin harus meninggalkan Balkh, termasuk keluarganya. Ketika itu Rumi baru berusia lima tahun.

Sejak itu Bahauddin bersama keluarganya hidup berpindah- pindah dari suatu negara ke negara lain. Mereka pernah tinggal di Sinabur (Iran timur laut). Dari Sinabur pindah ke Baghdad, Makkah, Malattya (Turki), Laranda (Iran tenggara) dan terakhir menetap di Konya, Turki. Raja Konya Alauddin Kaiqubad, mengangkat ayah Rumi sebagai penasihatnya, dan juga mengangkatnya sebagai pimpinan sebuah perguruan agama yang didirikan di ibukota tersebut. Di kota ini pula ayah Rumi wafat ketika Rumi berusia 24 tahun.

Continue reading

March 30, 2008 Posted by | Jalaluddin Rumi, Kisah Sufi | 7 Comments

MAULANA JALALUDDIN RUMI

Siapa yang berperilaku sesuai dengan perkataannya, dialah yang tercerahkan, yang menolak hubungan-hubungan biasa dari dunia.

(Dzun-Nun al-Mishri)

Maulana (secara harfiah bermakna “Guru Kita”) Jalaluddin Rumi, pendiri Tarekat Para Darwis Berputar, dalam karirnya menjadi bukti ungkapan Timur, “Para raksasa muncul dari Afghanistan dan mempengaruhi dunia.” Ia dilahirkan di Bactria, dari sebuah keluarga bangsawan pada awal abad ketiga belas. Ia tinggal dan mengajar di Iconum (Rum) di Asia Kecil, sebelum munculnya Kerajaan Utsmani, yang tahtanya menurut seruannya ia tolak. Karya-karyanya ditulis dalam bahasa Persia, dan dipandang tinggi oleh orang Persia karena kandungan puitis, kesusastraan dan mistiknya. Sehingga karya-karya ini disebut sebagai “al-Qur’an dalam bahasa Pehlevi (bahasa Persia)” — meskipun karya-karya ini bertentangan dengan kepercayaan bangsa Persia, sekte Syi’ah, yang dikritik atas eksklusivismenya.

Di kalangan orang Muslim Arab, India dan Pakistan, Rumi dipandang sebagai salah seorang dari guru mistik tingkat pertama — meskipun ia menyatakan bahwa ajaran-ajaran al-Qur’an bersifat alegoris,dan ia memiliki tujuh makna yang berbeda. Jangkauan pengaruh Rumi sulit untuk bisa diperkirakan, meskipun hal ini terkadang bisa dilihat secara sekilas, pada kesusastraan dan pemikiran dari berbagai madzhab. Bahkan Doktor Johnson, yang terkenal karena pernyataannya yang tidak menyenangkan, mengatakan tentang Rumi, “Ia menjelaskan kepada Peziarah akan rahasia-rahasia dari jalan Kesatuan, dan menyingkap Misteri-misteri dari jalan Kebenaran Abadi.”

Continue reading

March 4, 2008 Posted by | Jalaluddin Rumi, Kisah Sufi | Leave a comment

JALALUDDIN AR-RUMI

Karya utama Jalaluddin Rumi, yang secara umum dianggap sebagai salah satu buku luar biasa di dunia, adalah Matsnawi-i-Ma’anawi (Couplets of Inner Meaning). Percakapan informalnya (Fihi ma Fihi), surat-surat (Maktubat), Diwan dan hagiografi Manaqib al-Arifin, semuanya mengandung bagian-bagian penting dari ajaran-ajarannya.

Pilihan-pilihan berikut ini, diambil dari semua sumber tersebut, bertema meditasi yang dapat diambil sebagai aforisme dan deklarasi dogma, atau sepotong nasihat guru. Penggunaan kata-kata Sufistik mereka, berlangsung terus. Ar-Rumi, seperti penulis Sufi lain, menanamkan ajarannya dalam sebuah kerangka yang secara efektif menjabarkan makna batiniah sebagaimana sebuah pertunjukan atau pameran. Teknik ini bermanfaat melindungi mereka yang tidak mampu menggunakan materi pada level eksperimen yang lebih tinggi; membiarkan mereka yang menginginkan puisi, untuk memilih puisi; memberi hiburan kepada orang-orang yang menginginkan cerita; mendorong kaum intelektual yang menghargai pengalaman-pengalaman tersebut.

Salah satu pernyataan kalimat-kalimatnya yang terkenal adalah judul dari pembicaraan-ringannya: “Yang ada di dalam ada di dalam” (“Engkau mengeluarkan apa yang ada di dalam untuk dirimu”).

Ar-Rumi memiliki kegelisahan Sufistik yang luar biasa dalam kesusastraan dan puisi, melebihi pujangga di zamannya, dan terus menerus menegaskan bahwa pencapaian tersebut adalah sebagian kecil dibandingkan dengan kesufian.

Continue reading

March 4, 2008 Posted by | Jalaluddin Rumi, Kisah Sufi | 4 Comments