Daris Rajih

Search…View…Copy…Paste…

Syekh Abdul Qodir Al Jaelani

Kelahiran
AbdulQadir Jailani adalah seorang ulama terkenal. Ia bukan hanya terkenal di mana ia tinggal, Baghdad, Irak saja. Tetapi hampir seluruh umat Islam di seluruh dunia mengenalnya. Hal itu dikarenakan kesalihan dan ilmunya yang demikian tinggi dalam bidang ajaran Islam, terutama dalam bidang tasawuf.
Name sebenarnya adalah Abdul Qadir. Ia juga dikenal dengan berbagai gelar atau sebutan seperti; Muhyiddin, al Ghauts al Adham, Sultan al Auliya, dan sebagainya. Abdul Qadir Jailani masih keturunan Rasulullah SAW. Ibunya yang bernama Ummul Khair Fatimah, adalah keturunan Husain, cucu Nabi Muhammad Saw. Jadi, silsilah keluarga Syaikh Abdul Qadir Jailani jika diurutkan ke atas, maka akan sampai ke Khalifah ‘Ali bin Abi Thalib.
Abdul Qadir Jailani dilahirkan pada tahun 1077 M. Pada saat melahirkannya, ibunya sudah berusia 60 tahun. Ia dilahirkan di sebuah tempat yang bernama Jailan. Karena itulah di belakang namanya terdapat julukan Jailani. Penduduk Arab dan sekitarnya memang suka menambah nama mereka dengan nama tempat tinggalnya.

Abdul Qadir dan Perampok

Setelah menginjak masa remaja, Abdul Qadir pun minta izin pada sang ibu untuk pergi menuntut ilmu. Dengan beat hati sang Ibu mengizinkannya. Oleh sang ibu, ia dibekali sejumlah uang yang tidak sedikit, dengan disertai pesan agar ia tetap menjaga kejujurannya, jangan sekali-sekali berbohong pada siapapun. Maka, berangkatlah Abdul Qadir muda untuk memulai pencarian ilmunya.
Namun ketika perjalanannya hampir sampai di daerah Hamadan, tiba-tiba kafilah yang ditumpanginya diserbu oleh segerombolan perampok hingga kocar-kacir. Salah seorang perampok menghampiri Abdul Qadir, dan bertanya,
“Apa yang engkau punya?”

Abdul Qadir pun menjawab dengan terus terang bahwa ia mempunyai sejumlah uang di dalam kantong bajunya. Perampok itu seakan-akan tidak percaya dengan kejujuran Abdul Qadir. Bagaimana mungkin ada orng engaku jika memiliki uang kepada perampok. Kemudian perampok itupun melapor pada pemimpinnya.
Sang pemimpin perampokpun segera menghampiri Abdul Qadir. Ia menggeledah baju Abdul Qadir. Ternyata benar, di balik bajunya itu memang ada sejumlah uang yang cukup banyak. Kepala perampokitu benar-benar dibuat seolah tidak percaya. Ia lalu berkata kepada Abdul Qadir,
“Kenapa kau tidak berbohong saja ketika ada kesempatan untuk itu?”
Maka Abdul Qadir pun menjawab, “Aku telah dipesan oleh ibundaku untuk selalu berkata jujur. Dan aku tak sedikitpun ingin mengecewakan beliau.”
Sejenak kepala rampok itu tertegun dengan jawaban Abdul Qadir, lalu berkata: “Sungguh engkau sangat berbakti pada ibumu, dan engkau pun bukan orang sembarangan.”
Kemudian kepalaperampok itu menyerahkan kembali uang itu pada Abdul Qadir dan melepaskannya pergi. Konon, sejak saat itu sang perampok menjadi insyaf dan membubarkan gerombolannya.

Mengembara

Pencarian ilmunya berlanjut. Kemudian berangkatlah Abdul Qadir ke Baghdad. Baghdad adalah ibukota Irakl. Saat itu Baghdad adalah sebuah kota yang paling ramai di dunia. Di Baghdad berkembang segala aktiitas manusia. Ada yang datang untuk berdagang atau bisnis, mencari pekerjaan atau menuntut ilmu. Baghdad merupakan tempat berkumpulnya para ulama besar pada saat itu.
Saat itu tahun 488 H. Usia Abdul Qadir baru 18 tahun. Pada saat itu, khalifah atau penguasa yang memimpin Baghdad adalah Khalifah Muqtadi bi-Amrillah dari dinasti Abbasiyyah.
Ketika Syaikh Abdul Qadir hampir memasuki kota Baghdad, ia dihentikan oleh Nabi Khidir as. Nabi Khidir adalah seorang Nabi yang disebutkan dalamAl-Qur’an dan diyakini para ulama masih hidup hingga kini. Saat menemui Abdul Qadir itu, Nabi Khidir mencegahnya masuk ke kota Bagdad itu.
Nabi Khidir berkata, “Aku tidak mempunyai perintah (dari Allah) untuk mengijinkanmu masuk (ke Baghdad) sampai 7 tahun ke depan.”

Tujuh Tahun Tinggal di Tepi Sungai

Tentu saja Abdul Qadir bingung.mengapa ia tidak diperbolehkan masuk ke kota Baghdad selamatujuh tahun? Tetapi Abdul Qadir tahu, bahwa jika yang mengatakan itu adalah Nabi Khidir, tentu dia harus mengikuti perntahnya tersebut.
Oleh karena itu, Abdul Qadir pun kemudian menetap di tepi sungai Tigris selama 7 tahun. Tentu sangat berat. Ia yang selama di umah bisa hidup bersamaorang tua dan saudara-saudaranya di rumah, sekarang harus hidup sendiri di tepi sebuah sungai. Tidak ada yang dapat dimakannya kecuali daun-daunan. Maka selama tujuh tahun itu ia memakan dedaunan dan sayuran yang bisa dimakan.
Pada suatu malam ia tertidur pulas, sampai akhirnya ia terbangun di tengah malam. Ketika itu ia mendengar suara yang jelas ditujukan kepadanya. Suara itu berkata, “Hai Abdul Qadir, masuklah ke Baghdad.”
Keesokan harinya, iapun mengadakan perjalanan ke Baghdad. Maka, ia pun masuk ke Baghdad. Di kota itu ia berjumpa dengan para Syaikh, tokoh-tokoh sufi, dan para ulama besar. Di antaranya adalah Syaikh Yusuf al Hamadani. Dari dialah Abdul Qadir mendapat ilmu tentang tasawuf. Syaikh al Hamadani sendiri telah menyaksikan bahwa Abdul Qadir adalah seorang yang istimewa, dan kelak akan menjadi seorang yang terkemuka di antara para wali.

Berguru Kepada Para Ulama Besar

Syaikh al-Hamdani berkata, “Wahai Abdul Qadir, sesungguhnya aku telah melihat bahwa kelak engkau akan duduk di tempat yang paling tinggi di Baghdad, dan pada saat itu engkau akan berkata, ‘Kakiku ada di atas pundak para wali.”
Selain berguru kepada Syaikh Hamdani, Abdul Qadir bertemu dengan Syaikh Hammad ad-Dabbas. Iapun berguru pula kepadanya. Dari Syaikh Hammad, Abdul Qadir mendapatkan ilmu Tariqah. Adapun akar dari tariqahnya adalah Syari’ah. Dalam taiqahnya itu beliau mendekatkan diri pada Allah dengan doa siang malam melalui dzikir, shalawat, puasa sunnah, zakat maupun shadaqah, zuhud dan jihad, sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW sendiri.
Kemudian Syaikh Abdul Qadir berguru pada al Qadi Abu Said al Mukharimi. Di Babul Azaj, Syaikh al Mukharimi mempunyai madrasah kecil. Karena beliau telah tua, maka pengelolaan madrasah itu diserahkan kepada Abdul Qadir. Di situlah Syaikh Abdul Qadir berdakwah pada masyarakat, baik yang muslim maupun non-muslim.
Dan dari Syaikh al Mukharimi itulah Syaikh Abdul Qadir menerima khirqah (jubah ke-sufi-an). Khirqoh itu secara turun-temurun telah berpindah tangan dari beberapa tokoh sufi yang agung. Di antaranya adalah Syaikh Junaid al-Baghdadi, Syaikh Siri as-Saqati, Syaikh Ma’ruf al Karkhi, dan sebagainya.

Menjadi Ulama Besar

Syaikh Abdul Qadir tidak hanya berguru kepada para ulama di atas. Dia juga memperdalam ilmunya kepada para ulama besar yang lain. Di antaranya adalah Ibnu Aqil, Abul Khatthat, Abul Husein Al Farra’ dan juga Abu Sa’ad Al Muharrimi. Seluruh guru-guru Syaikh Abdul Qadir tersebut adalah para ulama besar yang ilmunya sangat luas dalam bidang agama. Sebab itulah, tidak heran jika kemudian Syaikh Abdul Qadir menjadi ulama besar menggantikan para ulama tersebut.
Sebegaimana telah disebutkan, suatu ketika Abu Sa’ad Al Mukharrimi, guru Syaikh Abdul Qadir, membangun sekolah atau Madrasah yang bernama Babul Azaj. Pengelolaan sekolah ini diserahkan sepenuhnya kepada Syeikh Abdul Qadir Al Jailani. Beliau mengelola sekolah ini dengan sungguh-sungguh. Bermukim disana sambil memberikan nasehat kepada orang-orang yang ada tersebut. Banyak sudah orang yang bertaubat demi mendengar nasehat beliau. Banyak orang yang bersimpati kepada beliau, lalu datang ke sekolah beliau. Sehingga sekolah itu tidak cukup untuk menampung orang yang datang ingin berguru kepada Syaikh Abdul Qadir.
Pada tahun 521 H/1127 M, dia mengajar dan berfatwa dalam semua madzhab. Ia berdakwah kepada semua lapisan masyarakat, hingga dikenal masyarakat luas. Selama 25 tahun Syaikh Abdul Qadir Jailani menghabiskan waktunya sebagai pengembara sufi di Padang Pasir Iraq. Akhirnya beliau dikenal oleh dunia sebagai tokoh sufi besar dunia Islam. Selain itu dia memimpin madrasah dan ribath di Baghdad yang didirikan sejak 521 H sampai wafatnya di tahun 561 H.
Madrasah itu tetap bertahan dengan dipimpin anaknya, Abdul Wahab (552-593 H/1151-1196 M). Kemudian diteruskan anaknya Abdul Salam (611 H/1214 M). Juga dipimpin anak kedua Syaikh Abdul Qadir Jailani, Abdul Razaq (528-603 H/1134-1206 M). Namun sayang sekali, sekolah yang besar itu akhirnya hancur ketika Baghdad diserang oleh tentara Mongol yang biadab pada tahun 656 H/1258 M.
Syeikh Abdul Qadir Jailani juga dikenal sebagai pendiri sekaligus penyebar salah satu tarekat terbesar di dunia bernama tarekat Qadiriyah.

Kesaksian Para Syaikh

Syaikh Junaid al-Baghdadi, hidup 200 tahun sebelum kelahiran Syaikh Abdul Qadir. Namun, pada saat itu ia telah meramalkan akan kedatangan Syaikh Abdul Qadir Jailani. Suatu ketika Syaikh Junaid al-Baghdadi sedang bertafakur, tiba-tiba dalam keadaan antara sadar dan tidak, ia berkata, “Kakinya ada di atas pundakku! Kakinya ada di atas pundakku!”
Setelah ia tenang kembali, murid-muridnya menanyakan apa maksud ucapan beliau itu. Kata Syaikh Junaid al-Baghdadi, “Aku diberitahukan bahwa kelak akan lahir seorang wali besar, namanya adalah Abdul Qadir yang bergelar Muhyiddin. Dan pada saatnya kelak, atas kehendak Allah, ia akan mengatakan, ‘Kakiku ada di atas pundak para Wali.”
Syaikh Abu Bakar ibn Hawara, juga hidup sebelum masa Syaikh Abdul Qadir. Ia adalah salah seorang ulama terkemuka di Baghdad. Konon, saat ia sedang mengajar di majelisnya, ia berkata:
“Ada 8 pilar agama (autad) di Irak, mereka itu adalah; 1) Syaikh Ma’ruf al Karkhi, 2) Imam Ahmad ibn Hanbal, 3) Syaikh Bisri al Hafi, 4) Syaikh Mansur ibn Amar, 5) Syaikh Junaid al-Baghdadi, 6) Syaikh Siri as-Saqoti, 7) Syaikh Abdullah at-Tustari, dan 8) Syaikh Abdul Qadir Jailani.”
Ketika mendengar hal itu, seorang muridnya yang bernama Syaikh Muhammad ash-Shanbaki bertanya, “Kami telah mendengar ke tujuh nama itu, tapi yang ke delapan kami belum mendengarnya. Siapakah Syaikh Abdul Qadir Jailani?”
Maka Syaikh Abu Bakar pun menjawab, “Abdul Qadir adalah shalihin yang tidak terlahir di Arab, tetapi di Jaelan (Persia) dan akan menetap di Baghdad.”
Qutb al Irsyad Abdullah ibn Alawi al Haddad ra. (1044-1132 H), dalam kitabnya “Risalatul Mu’awanah” menjelaskan tentang tawakkal, dan beliau memilih Syaikh Abdul Qadir Jailani sebagai suri-teladannya.
Seorang yang benar-benar tawakkal mempunyai 3 tanda. Pertama, ia tidak takut ataupun mengharapkan sesuatu kepada selain Allah. Kedua, hatinya tetap tenang dan bening, baik di saat ia membutuhkan sesuatu ataupun di saat kebutuhannnya itu telah terpenuhi. Ketiga, hatinya tak pernah terganggu meskipun dalam situasi yang paling mengerikan sekalipun.
Dalam hal ini, contohnya adalah Syaikh Abdul Qadir Jailani. Suatu ketika beliau sedang berceramah di suatu majelis, tiba-tiba saja jatuh seekor ular berbisa yang sangat besar di atas tubuhnya sehingga membuat para hadirin menjadi panik. Ular itu membelit Syaikh Abdul Qadir, lalu masuk ke lengan bajunya dan keluar lewat lengan baju yang lainnya. Sedangkan beliau tetap tenang dan tak gentar sedikitpun, bahkan beliau tak menghentikan ceramahnya.
Ini membuktikan bahwa Syaikh Abdul Qadir Jailani benar-benar seorang yang tawakkal dan memiliki karamah.
Hafidz al Barzali, mengatakan, “Syaikh Abdul Qadir Jailani adalah seorang ahli fiqih dari madzhab Hanbali dan Syafi’i sekaligus, dan merupakan Syaikh (guru besar) dari penganut kedua madzhab tersebut. Dia adalah salah satu pilar Islam yang doa-doanya selalu makbul, setia dalam berdzikir, tekun dalam tafakur dan berhati lembut. Dia adalah seorang yang mulia, baik dalam akhlak maupun garis keturunannya, bagus dalam ibadah maupun ijtihadnya.”
Abdullah al Jubba’i mengatakan:
“Syaikh Abdul Qadir Jailani mempunyai seorang murid yang bernama Umar al Halawi. Dia pergi dari Baghdad selama bertahun-tahun, dan ketika ia pulang, aku bertanya padanya: “Kemana saja engkau selama ini, ya Umar?” Dia menjawab: “Aku pergi ke Syiria, Mesir, dan Persia. Di sana aku berjumpa dengan 360 Syaikh yang semuanya adalah waliyullah. Tak satu pun di antara mereka tidak mengatakan: “Syaikh Abdul Qadir Jailani adalah Syaikh kami, dan pembimbing kami ke jalan Allah.”

Kisah Yang terkenal

Pada suatu malam ketika beliau sedang bermunajat kepada Allah yang panjang. Tiba muncullah seberkas cahaya terang. Bersamaa dengan itu, terdengar suara, “Wahai Syaikh, telah kuterima ketaatanmu dan segala pengabadian dan penghambaanmu, maka mulai hari ini kuhalalkan segala yang haram dan kubebaskan kau dari segala ibadah”.
Abdul Qadir Jailanai mengambil sandalnya dan melemparkan ke cahaya tersebut dan menghardik “Pergilah kau syetan laknatullah!”.
Cahaya itu hilang lalu terdengar suara “Dari manakah kau tau aku adalah syetan?,”
Syaikh Abdul Qadir menjawab,”Aku tahu kau syetan adalah dari ucapanmu. Kau berkata telah menghalalkan yang haram dan membebaskanku dari syariat, sedangkan Nabi Muhammad SAW saja kekasih Allah masih menjalankan syariat dan mengharamkan yang haram.”
Syetan berkata lagi, “Sungguh keluasan ilmumu telah menyelamatkanmu.”
Syaikh Abdul Qadir berkata, “Pergilah kau syetan laknattullah! Aku selamat karena rahmat dari Alah Swt. bukan karena keluasan ilmuku.”

Syaikh Abdul Qadir dan Anak Seorang Wanita Miskin

Suatu saat, seorang wanita membawa anak laki-lakinya kepada Syaikh Abdul Qadir Jailani. Wanita itu berkata, “Ya Sayyidii, aku tahu bahwa Anda adalah Ghawts, dan aku tahu demi kehormatan dari Nabi, engkau memberi.”
Wanita itu adalah seorang wanita yang miskin. Ia selalu menghadiri suhbat (asosiasi), dan ia melihat seluruh murid Syaikh menghadiri suhbat (nasihat) dan dzikir. Di hadapan setiap orang ada seekor ayam yang kemudian mereka makan.
Wanita itu berkata pada dirinya sendiri, “Alhamdulillah, aku miskin dan Sayyidina Abdul Qadir kaya baik di dunia maupun di akhira. Aku akan suruh anakku untuk duduk di sana. Setidaknya ia akan ikut makan di pagi dan malam hari.”
Ia berkata, “Aku ingin anakku menjadi muridmu.”
Beliau menerimanya. Anak itu adalah seorang anak yang berbadan cukup gemuk. Beliau menyuruh seorang murid, Muhamad Ahmad, “Bawa dia ke ruang bawah tanah dan berikan padanya award (roti kering) untuk khalwat (menyepi). Berikan untuknya sekerat roti dan minyak zaitun untuk makan setiap hari.”
Wanita tadi datang setelah satu bulan dan berpikir bahwa anak laki-lakinya pasti makan ayam setiap harinya. Saat datang itu, ia melihat para murid Syaikh duduk dan sedang makan ayam.
Wanita itu bertanya pada Syaikh tentang anaknya. Syaikh Abdul Qadir menjawab, “Ia sedang di ruang bawah tanah memakan makanan yang istimewa.”
Wanita itu senang, karena ia berpikir bahwa kalau para murid saja sedang makan ayam, pastilah anaknya sedang makan sapi.
Wanita itupun turun ke bawah dan melihat anak laki-lakinya. Dilihatnya anaknya tampak sangat kurus. Tapi, dia sedang duduk, membaca doa, berdzikir, dan cahaya memancar dari wajahnya.
Wanita itu mendatanginya.ia melihat sekerat roti di situ. Ia berkata, “Apa ini?”
Anaknya menjawab, “Itulah yang aku makan, sekerat roti setiap hari.”
Wanita itu kecewa. Ia kemudian mendatangi Syaikh Abdul Qadir dan berkata, “Aku membawa anakku untuk bersamamu.”
Saat wanita itu berbicara sang Syaikh memerintahkan para muridnya, “Makan.”
Setiap murid memakan ayam di hadapannya masing- masing. Yang dimakan bukan potongan-potongan, tapi ayam yang utuh yang telah masak, beserta tulang-tulangnya. Kemudian beliau berkata pada wanita itu, “Jika kau ingin anakmu mencapai suatu tingkat untuk dapat memakan ayam beserta tulang-tulangnya, maka ia harus lebih dahulu menjalani tarbiyah atau pelatihan.”
Tarbiyah itu adalah untuk membina dan melatih pikiran, yang merupakan hal paling sulit. Itulah yang diperlukan.
Seorang yang ingin senang tentu harus berusaha keras untuk mencapainya. Demikian juga orang yang ingin berhasil, maka ia harus belajar dengan sungguh-sungguh sebagaimana dikatakan yekh Abdul Qadir di atas.

Dalam Suatu Perjalanan

Pada suatu saat, Syaikh Abdul Qadir sedang berada dalam suatu perjalanan. Perjalanan yang ditempuhnya benar-benar berat. Ia harus melewati gurun padang pasir. Berhari-hari lamanya ia tidak menemukan air. Syaikh Abdul Qadir sudah sangat kehausan.
Tiba-tiba muncul segerombolan awan di langit. Awan itu seolah melindunginya. Dari awan itu jatuh tetesan air. Maka Syaikh Abdul Qadir segera meminum tetesan air dari atas itu. Hilanglah rasa dahaganya.
Kemudian aku melihat cahaya terang benderang, tiba-tiba ada suara memanggilku, “Wahai Abdul Qadir, Aku Rabbmu dan Aku telah halalkan segala yang haram kepadamu.”
Maka Abdul Qodir berkata: “Pergilah wahai engkau Syetan terkutuk.”
Tiba-tiba awan itu berubah menjadi gelap dan berasap. Kemudian ada suara yang mengucapkan: “Wahai Abdul Qadir, engkau telah selamat dariku (syetan) dengan amalmu dan fiqihmu.” Demikian sedikit kisah tentang Abdul Qodir.

 

Syaikh Abdul Qadir memiliki 49 orang anak, 27 di antaranya adalah laki-laki. Beliaulah yang mendirikan tariqat al-Qadiriyah. Di antara tulisan beliau antara lain kitab
• Al-Fathu Ar-Rabbani,
• Al-Ghunyah li Thalibi Thariq Al-Haq dan
• Futuh Al-Ghaib.
Beliau wafat pada tanggal 10 Rabi’ul Akhir tahun 561 H bertepatan dengan 1166 M pada saat usia beliau 90 tahun.

Pertemuan Jailani dengan al-Hamadani

Abu Sa‘id Abdullah ibn Abi Asrun (w. 585 H.), seorang imam dari Mazhab Syafi’i, berkata, “Di awal perjalananku mencari ilmu agama, aku bergabung dengan Ibn al-Saqa, seorang pelajar di Madrasah Nizamiyyah, dan kami sering mengunjungi orang-orang saleh. Aku mendengar bahwa di Baghdad ada orang bernama Yusuf al-Hamadani yang dikenal dengan sebutan al-Ghawts. Ia bisa muncul dan menghilang kapan saja sesuka hatinya.
Maka aku memutuskan untuk mengunjunginya bersama Ibn al-Saqa dan Syaikh Abdul Qadir Jailani, yang pada waktu itu masih muda. Ibn al-Saqa berkata, “Apabila bertemu dengan Yusuf al-Hamadani, aku akan menanyakan suatu pertanyaan yang jawabannya tak akan ia ketahui.”
Aku menimpali, “Aku juga akan menanyakan satu pertanyaan dan aku ingin tahu apa yang akan ia katakan.”
Sementara Syaikh Abdu-Qadir Jailani berkata, “Ya Allah, lindungilah aku dari menanyakan suatu pertanyaan kepada seorang suci seperti Yusuf al-Hamadani Aku akan menghadap kepadanya untuk meminta berkah dan ilmu ketuhanannya.”
Maka, kami pun memasuki majelisnya. Ia sendiri terus menutup diri dari kami dan kami tidak melihatnya hingga beberapa lama. Saat bertemu, ia memandang kepada Ibn al-Saqa dengan marah dan berkata, tanpa ada yang memberitahu namanya sebelumnya, “Wahai Ibn al-Saqa, bagaimana kamu berani menanyakan pertanyaan kepadaku dengan niat merendahkanku? Pertanyaanmu itu adalah ini dan jawabannya adalah ini!” dan ia melanjutkan, “Aku melihat api kekufuran menyala di hatimu.”
Kemudian ia melihat kepadaku dan berkata, “Wahai hamba Allah, apakah kamu menanyakan satu pertanyaan kepadaku dan menunggu jawabanku? Pertanyaanmu itu adalah ini dan jawabannya adalah ini. Biarlah orang-orang bersedih karena tersesat akibat ketidaksopananmu kepadaku.”
Kemudian ia memandang kepada Syaikh Abdul Qadir Jailani, mendudukkannya bersebelahan dengannya, dan menunjukkan rasa hormatnya. Ia berkata, “Wahai Abdul Qadir, kau telah menyenangkan Allah dan Nabi-Nya dengan rasa hormatmu yang tulus kepadaku. Aku melihatmu kelak akan menduduki tempat yang tinggi di kota Baghdad. Kau akan berbicara, memberi petunjuk kepada orang-orang, dan mengatakan kepada mereka bahwa kedua kakimu berada di atas leher setiap wali. Dan aku hampir melihat di hadapanku setiap wali pada masamu memberimu hak lebih tinggi karena keagungan kedudukan spiritualmu dan kehormatanmu.”
Ibn Abi Asrun melanjutkan, “Kemasyhuran Abdul Qadir makin meluas dan semua ucapan Syaikh al-Hamadani tentangnya menjadi kenyataan hingga tiba waktunya ketika ia mengatakan, ‘Kedua kakiku berada di atas leher semua wali.’ Syaikh Abdul Qadir menjadi rujukan dan lampu penerang yang memberi petunjuk kepada setiap orang pada masanya menuju tujuan akhir mereka.
Berbeda keadaannya dengan Ibn Saqa. Ia menjadi ahli hukum yang terkenal. Ia mengungguli semua ulama pada masanya. Ia sangat suka berdebat dengan para ulama dan mengalahkan mereka hingga Khalifah memanggilnya ke lingkungan istana. Suatu hari Khalifah mengutus Ibn Saqa kepada Raja Bizantium, yang kemudian memanggil semua pendeta dan pakar agama Nasrani untuk berdebat dengannya. Ibn al-Saqa sanggup mengalahkan mereka semua. Mereka tidak berdaya memberi jawaban di hadapannya. Ia mengungkapkan berbagai argumen yang membuat mereka tampak seperti anak-anak sekolahan.
Kepandaiannya mempesona Raja Bizantium itu yang kemudian mengundangnya ke dalam pertemuan pribadi keluarga Raja. Pada saat itulah ia melihat putri raja. Ia jatuh cinta kepadanya, dan ia pun melamar sang putri untuk dinikahinya. Sang putri menolak kecuali dengan satu syarat, yaitu Ibn Saqa harus menerima agamanya. Ia menerima syarat itu dan meninggalkan Islam untuk memeluk agama sang putri, yaitu Nasrani. Setelah menikah, ia menderita sakit parah sehingga mereka melemparkannya ke luar istana. Jadilah ia peminta-minta di dalam kota, meminta makanan kepada setiap orang meski tak seorang pun memberinya.

Kegelapan Menutupi Mukanya.

Suatu hari seseorang melihat Ibnu al-Saqa. Orang yang bertemu dengan Ibn al-Saqa itu menceritakan bahwa ia bertanya kepadanya, “Apa yang terjadi kepadamu?”
Ibn al-Saqa menjawab, “Aku terperosok ke dalam godaan.”
Orang itu bertanya lagi, “Adakah yang kau ingat dari Al Quran Suci?”
Ibnu al-Saqa menjawab, “Aku ingat ayat yang berbunyi, ‘Sering kali orang-orang kafir itu menginginkan sekiranya saja dulu mereka itu menjadi orang Islam’ (Q.S. al-Hijr [15]: 2).”
Orang itu menceritakan “Ibnu al-Saqa gemetar seakan-akan sedang meregang nyawa. Aku berusaha memalingkan wajahnya ke Ka’bah, tetapi ia terus saja menghadap ke timur. Sekali lagi aku berusaha mengarahkannya ke Ka’bah, tetapi ia kembali menghadap ke timur. Hingga tiga kali aku berusaha, namun ia tetap menghadapkan wajahnya ke timur. Kemudian, bersamaan dengan keluarnya ruh dari jasadnya, ia berkata, “Ya Allah, inilah akibat ketidakhormatanku kepada wali-Mu, Yusuf al-Hamadani.”
Sementara salah satu orang yang dulu menemui yaikh al-Hamadani, Ibn Abi Asrun menceritakan, “Sementara aku sendiri mengalami kehidupan yang berbeda. Aku datang ke Damaskus dan raja di sana, Nuruddin al-Syahid, memintaku untuk mengurusi bidang agama, dan aku menerima tugas itu. Sebagai hasilnya, dunia datang dari setiap penjuru: kekayaan, makanan, kemasyhuran, uang, dan kedudukan selama sisa hidupku. Itulah apa yang diramalkan oleh al-Ghawts Yusuf al-Hamadani untukku.”

 

Copy from : http://jalantrabas.blogspot.com/2008/01/syekh-abdul-qodir-aljaelani.html

March 5, 2008 - Posted by | Kisah Sufi, Syekh Abdul Qodir Al Jaelani

33 Comments »

  1. mungkin lebih baik dsertai fotnote, sehingga ceritane lebih mantep hehe
    thank,s

    Comment by qosdie | March 12, 2008 | Reply

  2. Mas, kayaknya ceritanya, kurang lengkap. tidak seperti yang saya dengar dalam Manaqib Kanjeng Syekh Abdul Qodir…

    Comment by indra | July 25, 2008 | Reply

  3. iya, bener tuh yang dikatakan mas indra…
    dari salah satu kisah yang aku baca, ada beberapa yang perlu dilengkapi… seperti misalnya kisah Syaikh Abdul Qadir dan Anak Seorang Wanita Miskin. disitu belum disebutkan hingga ayam yang telah mati dihidupkan kembali, lalu si ayam berkokok dengan suara Laa ilaha ilallah Muhammadur Rosulullah Syech Abdul Qodir Waliyullah..
    mungkin alangkah baiknya kalo lebih dilangkapi lagi..
    meski demikian, makasih telah mengangkat kisah-kisah Syech Abdul Qodir RA disini ^_^

    Comment by fuad | March 14, 2009 | Reply

    • alangkah baexnya setiap tulisan di sertai sumbernya…wallahu a’lam 🙂

      Comment by syarof | September 30, 2009 | Reply

  4. diperbanyak lagi kisahnya…! tapi ini uda bagus.
    fadly manado:nurketuhanan.wordpress.com

    Comment by fadly | May 18, 2009 | Reply

  5. salam untuk semua,
    kisah-kisah Syaikh Abdul Qadir Al Jailani memang banyak hikmahnya dan diminati oleh banyak orang.
    coba deh baca buku: “Awrad Fadhl Pengalaman Spiritual Syaikh Abdul Qadir Al Jailani” , ditulis oleh: Sayyid Faridhal Attros Al Kindhy Asy’ari (Guru Besar MK Al-Mukarramah).
    buku setebal 1300 hal ini menceritakan perjalanan spiritual Syaikh Abdul Qadir Al Jailani mulai dari kecil hingga beliau wafat.

    Daftar Isi Buku Awrad Fadhl PDF Print E-mail

    DAFTAR ISI

    Kata Pengantar 1

    Awrad Fadhl Dan Hubungannya Dengan Alam Semesta 9

    Awrad Fadhl Bagian Dari Cermin Hayya 25

    Dzikrullah Dengan Awrad Fadhl 37

    Beberapa Adab Pengamalan Awrad Fadhl Dalam Dzikrullah 43

    Dzikrullah Akhfa Al Kahfi (Dzikrullah Yang Rahasia Dari Yang Paling Rahasia) 45

    Dzikrullah Jahri (Mengingat Allah Dengan Bersuara) 47

    Dzikrullah Al Khafi (Mengingat Allah Hanya Didalam Hati) 49

    Dzikrullah Al Lisan (Mengingat Allah Dengan Lidah) 51

    Dzikrullah Al Nafs (Mengingat Allah Tanpa Bersuara, Akan Tetapi Dengan Gerakan Dan Perasaan Batin) 53

    Prahara di Padang Karbala 55

    Riwayat Abidin Ali 81

    Silsilah Syaikh Abdul Qadir Jailani 85

    Profile Syaikh Abdul Qadir Al Jailani 87

    Asal Mulanya Terbentuk Majlis Awrad 91

    Abu Muhammad Thalabul Ilmi Ke Baghdad 93

    Abu Muhammad dan Raja Penyamun 99

    Perjalanan Abu Muhammad ke kota Baghdad 121

    Berjumpa dengan Para Waliyyullah 125

    Hasrat Dan Keinginan Untuk Thalabul Ilmi Al Karamah 133

    Pengalaman Spiritual Abu Muhammad 139

    Tanya Jawab Dengan Syaikh Quthbur Rabbani 147

    Musafir Gila Berkaramah 153

    Tanya Jawab Dengan Tokoh Penceramah 161

    Anugerah Keajaiban (Al Karamah) 171

    Tanya Jawab Dengan Tokoh Penceramah (lanjutan) 189

    Lisan Seorang Ulama 199

    Beberapa Tingkatan Ulama 209

    Perjumpaan Dengan Makhluk Golongan Jin 217

    Perjalanan Bersama Syaikh Quthbur Rabbani 283

    Al Khadamul Ghaybi (Hizbullah) 313

    Abu Muhammad Membasmi Kebathilan 325

    Tanya Jawab Seputar Tamimah Dengan Baraqiza 335

    Asal Muasal Tamimah 339
    Azhiimah Dalam Kosmologis Islam 361

    Abu Muhammad dan seorang Khalifah Dzalim 381

    Singgasana Sang Pemimpin Sejati 393

    Harta Kekayaan dan Kekuasaan 399

    Cahaya Keadilan 411

    Perjumpaan Abu Muhammad dengan para muridnya 421

    Hakikat Bismillah 439

    Hikmah Bismillah 445

    Turunnya Bismillah pada Nabi Sulaiman AS 465

    Turunnya Bismillah pada Nabi Muhammad SAW 477

    Golongan Ruh dari Malaikat Penjaga Bismillah 503

    Dzikrullah melalui Bismillah 515

    Theraphy Kosmik Qaf bagian dari Hukum Alam 521

    Metode Theraphy Kosmik Qaf 539

    Abu Muhammad melakukan Pengobatan Massal 563

    Hakikat Tangisan 569

    Pernikahan Abu Muhammad 587

    Ikatan Suci Tali Perkawinan 597

    Memiliki istri lebih dari satu (poligami)…………….…………………………..610

    Penobatan Pimpinan Wali Abdal 623

    Hakikat Alam Ghaib 641

    Berpulang ke Rahmatullah 651

    Hakikat Kematian 663

    Tanya Jawab Murid Dan Mursyid 675

    Beberapa Tingkatan dalam mengamalkan Awrad Fadhl 1133

    Awrad Fadhl (tingkat satu sampai tiga) 1145

    Latin Awrad Fadhl (tingkat satu sampai tiga) 1197

    Biografi Singkat Penulis 1227

    Comment by dedeng rahmat | June 9, 2009 | Reply

    • bukunya bisa didapatkan di mana mas/pak? trims….

      Comment by fuad | May 24, 2011 | Reply

  6. Membaca tulisan di atas, nampaknya kehebatan Syeh Abdul Qadir al-Jailani lebih mukjizat dari pada mukjizat Nabi Muhammad SAW. Karena Nabi Muhammad SAW mukjizatnya hanya Al Quran saja, sementara mukjizat fisik tidak termuat dalam Al Quran. Tapi Syeh Abdul Qadir, luar biasa???

    Comment by elfan | June 10, 2009 | Reply

    • Mukjizat Nabi Muhammad itu bukan cuma mas, tapi banyak. coba belajar lagi. Seandainyapun hanya Qur’an saja, itu sudah melebihi semua mukjizat di muka bumi ini.
      Mukjizat Qur’an itu saja banyak bukan main dan sebagian besar sifatnya intelektual, bukan hanya bersifat magic. Kalau hanya melakukan hal-hal magis sih Iblis juga pinter.
      Bandingin Nabi Muhammad dengan Syekh Abdul Qadir saja sudah gak sopan, karena tiada makhluk yang mampu jangankan menyamai, mendekati kemulyaan beliau, apalagi melebihi.

      Comment by wahabjember | April 16, 2011 | Reply

  7. Jangan pandang mukjizatnya, tapi pandanglah perilakunya melalui hadits dan kitab yang diturunkan kepadanya sebagai pedoman menuju Sang Pencipta.

    Comment by kentang madu | June 14, 2009 | Reply

  8. mas…aq AKAY,aq tertarik sekali dengan tulisan2 di blog sampean…maaf sebelum nya aq udah berani meng coppy sebagian isi tentang syehk abdulqodir al jaelany dan aq memasukan sampean ke blog priends saya…sekalian saya minta izin kalo boleh nama sampean saya masukan ke dalam category my blog…
    sebelum nya saya ucapkan terimakasih yang sebesar2nya…
    semoga semua artikel nya bisa bermanfaat khusus nya buat saya umum nya buat semua yang membuka blog
    TERIMAKASIH
    salam….[AKAY_AHMAD]

    Comment by AKAY AHMAD MAUDUD A.M | July 7, 2009 | Reply

  9. Ya ALLOH YA ROBB, bimbinglah hambamu ini untuk selalu mencitai ENGKAU YANG MULIA, dan ROSULMU……serta tuntunlah kami untuk mencitai WALI_MU YA ALLOH….kumohon Riho_MU ya ROBB…..

    Comment by mos | July 22, 2009 | Reply

  10. sungguh mulianya jikalau manusia mengikuti jejak rasuldan para ulama nya,tapi sayang tak ada yang seperti itu

    Comment by hairudin | August 11, 2009 | Reply

  11. Subhanallah, syukron atas ceritanya, tentang Syehk Abdul Qudir, namun yang menjadi catatan penting bagi kita, marilah kita terus belajar, agar cara penghormatan kita kepada mereka tidak berlebihan “sesat”, misalkan berdo’a dengan melalui wasila beliau, dengan alasan nanti ilmunya g berkah, kalau tidak menyebut nama beliau, padahal jelas2 tidak ada dalil yang membolehkan dengan cara demikian, lebih parahnya lagi ziarah keburuannya dengan tidak sesuai syari’at, “satu hal cacatan yang perlu kita cermati bersama, bahwa suatu ketika pengurus jema’ah haji kita, bersaksi, bahwa ketika berhaji, maka umat islam dari Indonesialah yang banyak dimarahi oleh petugas keamanan lantaran banyak bit’ahnya. so marilah kita cari ilmu sebanyak mungkin” biar tau mana yang benar dan salah.

    Comment by salim | October 23, 2009 | Reply

  12. Subhanallah, syukron atas ceritanya, tentang Syehk Abdul Qudir, namun yang menjadi catatan penting bagi kita, marilah kita terus belajar, agar cara penghormatan kita kepada mereka tidak berlebihan “sesat”, misalkan berdo’a dengan melalui wasila beliau, dengan alasan nanti ilmunya g berkah, kalau tidak menyebut nama beliau, padahal jelas2 tidak ada dalil yang membolehkan dengan cara demikian, lebih parahnya lagi ziarah kekuburuannya dengan tidak sesuai syari’at, “satu hal cacatan yang perlu kita cermati bersama, bahwa suatu ketika pengurus jema’ah haji kita, bersaksi, bahwa ketika berhaji, maka umat islam dari Indonesialah yang banyak dimarahi oleh petugas keamanan lantaran banyak bit’ahnya. so marilah kita cari ilmu sebanyak mungkin” biar tau mana yang benar dan salah.

    Comment by salim | October 23, 2009 | Reply

    • sebagian golongan umat Islam yang mengklaim dirinya telah menjalankan syari’at (agama) paling benar, paling murni,pengikut para Salaf Sholeh dan menuduh serta melontarkan kritik tajam sebagai perbuatan sesat dan syirik kepada sesama muslim, hanya karena perbedaan pendapat dengan melakukan ritual-ritual Islam seperti ziarah kubur, berkumpul membaca tahlilan/yasinan untuk kaum muslimin yang telah meninggal, berdo’a sambil tawassul kepada Nabi saw. dan para waliyyullah/sholihin, Alasan yang sering mereka katakan bahwa semuanya ini tidak pernahdilakukan oleh Rasulallah saw., atau para sahabat, dengan mengambil dalil hadits-hadits dan ayat-ayat Al Qur’an yang menurut paham mereka bersangkutan dengan amalan-amalan tersebut. Padahal ayat-ayat ilahi dan hadits Rasulallah saw. yang mereka sebutkan tersebut ditujukan untuk orang-orang kafir dan orang-orang yang membantah, merubah dan menyalahi perintah Allah dan Rasul-Nya.
      Golongan ini sering mengatakan hadits-hadits mengenai suatu amalan yang bertentangan dengan pahamnya itu semuanya tidak ada, palsu, lemah, terputus dan lain sebagainya, walaupun hadits-hadits tersebut telah dishohihkan oleh ulama-ulama pakar hadits.
      untuk saudaraku salim, jangan mudah mempredikatkan “sesat”…..
      Bila amalan tersebut tidak bertentangan dengan syari’at, malah sebaliknya banyak hikmah dan manfaat bagi ummat muslimin khususnya, maka para ulama ini tidak akan mengharamkan amalan tersebut. Karena mengharam- kan atau menghalalkan suatu amalan harus mengemukakan nash-nash yang khusus untuk masalah itu. Apalagi amalan-amalan dzikir yang masih ada dalilnya baik secara langsung maupun tidak langsung yang semuanya mengingatkan kita kepada Allah swt. dan Rasul-Nya serta bernafaskan tauhid, umpamanya, kumpulan/majlis dzikir (tahlilan, istighotsah, peringatan keagamaan ..), ziarah kubur, bertawasul dalam do’a, bertabarruk dan lain sebagainya, tidak ada alasan orang untuk mengharamkannya. Jadi dalil-dalil yang mereka sebutkan untuk melarang amalan-amalan yang dikemukakan tadi, itu tidaklah tepat, karena hal itu termasuk kategori dzikir kepada Allah swt. dan merupakan perbuatan kebaikan. Dan semua perbuatan baik dengan cara apapun asal tidak melanggar dan menyalahi perintah Allah dan Rasul-Nya yang telah digariskan malah dianjurkan oleh agama.

      Kita boleh mengkritik atau mensalahkan suatu golongan muslimin, bila golongan ini sudah jelas benar-benar menyalahi dan keluar dari garis-garis syari’at Islam. Umpama mereka meniadakan kewajiban sholat setiap hari, menghalalkan minum alkohol, makan babi dan lain sebagainya, yang mana hal ini sudah jelas dalam nash bahwa sholat itu wajib dan minum alkohol dan makan babi itu haram. Jadi bukan mensesatkan,amalan-amalan sunnah yang baik, seperti berkumpulnya orang untuk berdzikir bersama pada Allah swt. ( pembacaan istighothah, yasinan, tahlilan, ziarah kubur, bertawasul dan lain sebagainya),
      bagaimana dengan redaksi shalawat yang disusun oleh Sayyidina Ali, Ibnu Mas’ud, Imam al-Syafi’i dan lain-lain, yang jelas-jelas tidak ada contohnya dalam hadits Rasulullah saw. Beranikah Anda mengatakan bahwa dengan sholawat yang mereka susun, berarti Sayyidina Ali, Ibnu Mas’ud, Imam al-Syafi’i itu termasuk ahli bid’ah?
      ceritanya bagus, smoga bisa menambah kebaikan akhlak kita,.. wallahu a’lam bishshowab.

      Comment by ibnu | August 7, 2011 | Reply

      • Bener banget mas Ibnu. Ibnu Hajar berkata: bid’ah yang sesat itu adalah ma uhditsa wa laisa lahu dalilun minas syar’i la bithoriqin khas wa la ‘am (sesuatu yang dibuat-buat yang tidak mempunyai dalil sama sekali dari syara’, baik yang berupa dalil khusus maupun umum). kebanyakan yang dikoar-koarkan oleh sebagian golongan belakangan tapi ngaku salaf itu sebagai bid’ah yang sesat punya dalil syar’i, hanya saja bukan dalil yang khusus, tapi umum.

        Comment by Abdul Wahab | August 9, 2011

    • kaum yahudi, mereka sangat licik… mereka tau bahwa umat islam akan sangat kuat dengan melalui media tawassul/wasilah untuk berdoa dan beribadah kepada Alloh SWT. sehingga mereka membuat fitnah, agar umat islam tidak lagi melakukan apa yang disebut dengan wasilah hingga mereka bisa mengalahkan islam dan menguasai. maka dari itu mari kita waspada terhadap tipu daya mereka. jangan sampai keyakinan kita di porak porandakan oleh mereka melalui para penyusup. jika mereka terang-terangan melawan, sudah pasti kalah. maka dari itu mereka berusaha memecah belah islam melalui islam itu sendiri dengan cara menyusup seolah-olah mereka muslim namun hatinya kafir, naudzubillah. coba anda cari tau kepada orang yang memang ahli (tokoh) yang sudah dijadikan panutan (guru spiritual) untuk menanyakan perihal tawassul / wasilah yang anda sebutkan agar anda paham betul sehingga tidak muncul pemahaman menyesatkan orang lain… terimakasih, semoga kita selalu diberi petunjuk-Nya. Amin

      Comment by fuad | August 10, 2011 | Reply

  13. makash y ka wat critana, smoga ini dapat menjdi pembelajaran wat saya untuk trus memperbaiki diri dari waktu ke waktu

    Comment by rahmat hidayat | January 17, 2010 | Reply

  14. salam kenal bang,saya mau cari buku Awrad Fadhl Pengalaman Spiritual Syaikh Abdul Qadir Al Jailani di jogja tp blm dapet2,tau tempat yg jual ga bang? makasih sblmnya

    Comment by pras | April 3, 2010 | Reply

  15. […] Syekh Abdul Qodir Al Jaelani Filed under: Tak Berkategori by dachrie — Tinggalkan komentar 21 Agustus 2010 Syekh Abdul Qodir Al Jaelani […]

    Pingback by Syekh Abdul Qodir Al Jaelani « dachrie_achmad | August 21, 2010 | Reply

  16. dalm suatu kebiasaan pengajian “yasinan” pembacaan surat Yasin dalam acara tahilan, kenduri arwah/mengirim doa….
    biasanya akan disebut… kepada penghulu kami syeh Abdul Qadir Jailani…
    Beliau kah yg disebut..?

    Boleh kah saya mendapat pencerahan, mengapa nama beliau yg disebut…? Apakah karena berdasarkan kisah kejujurannya..? atau karena beliau yg mengajarkan hal ini… atau..?
    Moga2 biar terang semuanya… sehingga tidak salah dalam beribadah yg menimbulkan fitnah dan bid’ah.
    Jazakallah….

    Comment by archii | September 30, 2010 | Reply

  17. Well I truly enjoyed reading it. This tip procured by you is very useful for accurate planning.

    Comment by http://andcarinsurancequotes.com | March 19, 2012 | Reply

  18. subhanallah,,,

    Comment by satriobecik | March 24, 2012 | Reply

  19. Msyallah…
    Li.ridl0.illah.wa.li. Syafa’ati.r0sulillah. Wa.ila.hadr0ti. Wali.yullah. Syh.abd q0dir.. Al.fatihah.

    Comment by Ego sa.dewo | April 14, 2012 | Reply

  20. hanya Allah yang lebih tahu akan kebenaran hakiki, janganlah sesama muslim saling bertengkar, yahudi nasrani akan bertepuk tangan,……

    Comment by arief | November 16, 2012 | Reply

  21. di sini sya hanya menengahi sedulur.umat islam di sini jangan saling gotok2 kan.di situlah citanya menjadi jelek umat islam sendiri..rusul kita tidak mengajarkan begitu.di sini di suru mengali untuk apa al-quran di turunkan untuk kita semua.di situ kita di suruh mengkaji bukan hanya dibaca saja.paham kan sedulur2 jangan sampai iblis bertengger di hati kita semua.

    Comment by acin | March 16, 2013 | Reply

  22. Wahai saudaraku,

    Yg saya baca dan dari syeikh syeikh yang asli mengatakan Sheikh Abd Qadir Jailani ialah Ghaus Ul Azam seorang wali penutup masa lalu, masa sekarang dan masa akan datang..kerana hanya dia seorang yg mengatakan “kedua kakinya dileher para wali’Hanya dia seorang sahaja di zaman awliya ini yg berani mengatakan. Seperti Rasulluah dia megatakan dia adalah nabi penutup..Kalau hendak pengesahan nya bole cuba. Ghaus maksudnya’ commander of the unseen’ ertinya segala alam ghaib tunduk padanya atau Rijalul Ghaib…Bole di pratikan kalau anda dalam kesusahan seperti kalau anda dikepung ngan musuh atau terserempak ngan hantu atau jin atau masalah lain anda bole memanggil..Ya Sheikh Abdul Qadir Jilani’ kalau dia response then itulah pengesahanya sebagai AL GHAUS Ramai orang telah melakukanya dan mendapat manfaat..Kalau hendak tahu lebih lanjut bacalah Manaqibnya.

    Comment by MUHD ISZAN | March 29, 2013 | Reply

  23. Kalau ingin lebih tahu tanyalah cucunya Sheikh Abdul Qadir Jilani Sheikh Afeefudin..
    atau bacalah Qaseeda Ghausiyah

    Comment by MUHD ISZAN | March 29, 2013 | Reply

  24. Alhamdulillah

    Comment by subejo | January 1, 2014 | Reply

  25. Kanjeng Nabi Saw mengajarkan tasawuf pertama kali kepada siapa,..?!

    Comment by Wong Agung | February 3, 2014 | Reply

  26. Setelah wafat Nabi Muhammad mk dganti oleh quthub ghouts dan yg prtma adlh sydn Ali lalu brlnjut….smpai Syekh abdul qodir jilani,syekh bahauddin naqsabandi,syekh abu hasan syadzili dan ……lainnya lalu smpai era skrg.,ciri wli qtb adlh djmpai N khidir….,wli qthub di era modern misal Habib soleh tanggul,Habib abdulloh faqih , dan Abah Anom suryalaya,….dll Dan wali qthub yg trknal di thun 2070 an adlh Syekh quthb zaenal maarif…bhkn dia mjd ulma indonsia yg go internasional dan mjd muslim no 1 pling berpngruh di dnia…

    Comment by wahyu | August 21, 2014 | Reply

  27. Perkataan syekh quthb zainal maarif: #### Aku skolah sd smp sma lalu aq brpkir bkrj ,mnikah, bribdh, lalu sama sprt mrk…tpi dugaanku 100% meleset , stlah aq lulus sma jstru menganggur dan aq hx slt mngji dzikir mkn mnum tdr…aq mulai trtarik dg sufi dan aq bljr dri bku dan tabloid dan intrnet, aq sgt sng brdzkir dan slwt smp suatu ktk aq brmimpi aneh-aneh..aq brmimpi brtmu nb muhammad , syekh abdul qodir jilani,dll…aq rgu apa mksud smua ini, hingga aq mrsa hndk mjd wali bhkn rja pr wali…saat aq berusia 21 th aq brjmp n khidir dan hlus jri bliau sat ku raba…aq trsnyum dan ykin 100% …bhw aq klak jd sulton aulia di zman nnti …aq brmmpi mliat kursi kosong…dan aq tdur di ksur rja,aq mmkai mhkota rja.. .aq brmmpi menggenggam mthri , aq mjd pusat jagad rya dan disampingku ada 2 orang shbtku mrk adlh wali aimmah…aq brmmpi mliat srg dan aq mliat lauh mahfudz dlm mimpi q dan aq tau bnyk hal yg akn trjdi di msa dpan….,aku critakan smua ini pd orang dan tmanku lalu mrk memanggilku wali gila mk sjak saat itu di usia 19 th aq tlh jd wali yaitu ktk mrk memanggilku wali gila…..dan suatu ktk aq dbuka hzab dg Alloh lalu aq mrs smuanya kosong spi aq trsnyum mngis mlht wajah Allah tpi kmudian aq kmbli terhjab…dan bgtulah silih brgnti smpai pd masa saat aq Wushul kpd Alloh….Kini aq brsrah kpdNya .. Dan aq mmbuat prjanjian dg Alloh bhw tak ada seorangpun yg menentangku dan stiap murdku bebas nrk….Sesungghnya saat aq blum wushul mk aq adlh debu dri wali qthb hadza zaman……tpi dia thu bhw klak aq akn jdi penggantix … Dan sesngghx tak ada org yg lbih baik zaman skrg selain qthb krn bliau adlh warisnya nabi. …………#### itulah salah stu mnaqib bliau syekh kutub ghous zaenal maarif…

    Comment by diva | August 21, 2014 | Reply


Leave a comment