Daris Rajih

Search…View…Copy…Paste…

Pengalaman Belajar Shaykh Junayd Baghdadi

Shaykh Junayd Baghdadi pergi untuk jalan-jalan keluar Baghdad. Murid-murid mengikutinya.

Shaykh bertanya bagaimana kabar bahlul yang gila ?

Mereka menjawab, “Dia adalah orang gila, apa yang anda perlukan dari dia?”

“bawalah aku ke dia, karena aku ada perlu dengan nya.”

Para murid mencari Bahlul dan menemukannya di padang pasir. Mereke membawa Shaykh Junayd kepadanya

Ketika Shaykh Junayd pergi mendekati Bahlul, Beliau melihat Bahlul dalam keadaan gelisah dengan batu bata ada dibawah kepalanya (posisi kepala dibawah ?)

Shaykh mengucapkan salam

Bahlul menjawab dan bertanya, “Siapakah Anda? ”

” Saya Junayd Baghdadi.”

Bahlul bertanya, “Apakah Anda Abul Qasim?”

“Ya, betul !” jawab Shaykh

Bahlul bertanya lagi ” Apakah Anda Shaykh Baghdadi yang memberikan orang-orang Petunjuk spiritual? ”

“Ya!” kemudian Bahlul bertanya ” Tahukah Anda bagaimana cara makan?”

“Ya!” Saya mengucapkan Bismillah (Dengan mengucap nama Allah SWT). Saya makan yang paling dekat dengan saya, Saya mengambil gigitan kecil, meletakkannya di sisi kanan dari mulut saya, dan mengunyah pelan-pelan. Saya tidak nampak ke gigitan yan lain. Saya mengingat Allah SWT saat makan. Untuk sebutir apapun yang saya makan, Saya mengucap Alhamdulillah (Segala puji bagi Allah SWT). Saya mencuci tangan sebelum dan sesudah makan.”

Bahlul berdiri, meggerakkan pakaiannya pada Shaykh, dan berkata, ” Anda ingin menjadi pemimpin spiritual dunia tapi Anda tidak pun mengetahui bagaimana cara makan.” setelah mengucapkannya, dia langsung pergi.

Para Murid Shaykh berkata, “O Shaykh! Dia orang yang gila. ”

Shaykh menjawab, Dia adalah orang gila yang sangat pandai dalam berucap. dengarkan pernyataan yang benar dari nya.

Setelah mengucapkan Beliau pergi dibelakang Bahlul, dan berkata, ” Saya ada perlu dengan Bahlul.”

Continue reading

November 10, 2009 Posted by | Junaid Al-Baghdadi | 11 Comments

Delapan Sifat Kaum Sufi

Dalam ajaran Sufi, delapan sifat harus dilatih. Kaum Sufi memiliki:

Kemurahan hati seperti Ibrahim a.s.;

Penerimaan yang tak bersisa sedikit pun dari Ismail a.s.;

Kesabaran, sebagaimana dimiliki Ya’kub a.s.;

Kemampuan berkomunikasi dengan simbolisme, seperti halnya Zakaria a.s.;

Pemisahan dari para pendukungnya sendiri, sebagaimana halnya Yahya a.s.;

Jubah wool seperti mantel gembala Musa a.s.;

Pengembaraan, seperti perjalanan Isa a.s.;

Kerendah-hatian, seperti jiwa dari kerendahan hati Muhammad saw.

 

July 23, 2008 Posted by | Junaid Al-Baghdadi, Sufisme | 18 Comments

Keluarga Terpilih

Imam Abul Qusim Aljunaid r.a. bercerita :

Sekali peristiwa ketika aku pergi naik haji ke Baitullah Al-Haram, dan juga untuk menziarahi maqam Nabi alaihis-shalatuwasalam, sedang aku dalam perjalanan menuju kesana ,tiba tiba terdengar oleh telinga ku  suatu suara rintihan  yang melas serta sangat menyayat hati, yang pada anggapan ku tentulah suara itu datangnya dari hati seorang yang remuk remdam.

Aku pun mencari cari dari mana datangnya sumber suara itu, dan ternyata bahwa rintihan itu keluar dari mulut seorang pemuda yang sangat kurus, lemah, namun wajahnya bercahaya terang seperti bulan. Saya mendekatinya, ia membuka matanya dan langsung  mengucapkan ..Assalamualaikum, ya Abul Qasim!!..

Waalaikumussalam! Jawab ku penuh kehairanan….Nak, siapakah yang memberitahukan nama ku pada mu, sedangkan kita belum pernah mengenal satu sama lain ?  Aku bertanya kepadanya..

Wahai Abul Qasim ! Saya telah mengenali bapak sejak dialam Roh. Dan Allah lah yang memberikan nama bapak kepada ku. Demi Allah , wahai Abul Qasim, kalau aku sudah mati, maka mandikan dan bungkuslah aku dengan baju yang aku pakai ini, dan naiklah kebukit itu, lalu panggillah orang orang untuk menyalati ku, lalu tanamlah aku ditempat ini pula ! Hanya Allah lah yang akan membalas segala kebaikan bapak.

Continue reading

April 10, 2008 Posted by | Junaid Al-Baghdadi, Kisah Sufi | 3 Comments

Asy-Syibli Dan Al-Junaid

Abu Bakr ibnu Dulaf ibnu Jahdar (‘asy-Syibli’), dan Abul Qasim al-Junaid, si ‘Merak Kaum Terpelajar’, adalah dua guru Sufi awal. Mereka berdua hidup dan mengajar lebih dari seribu tahun yang lalu. Kisah tentang masa belajar asy-Syibli di bawah al-Junaid, diberikan di sini, diambil dari The Revelation of the Veiled, salah satu dari buku-buku penting dalam bidangnya. al-Junaid sendiri memperoleh spiritualitasnya melalui pengaruh Ibrahim ibnu Adham (‘Ibnu Adhem’ dalam puisi Leigh Hunt), ia sebagaimana Budha, adalah seorang pangeran yang turun tahta mengikuti tarekat (Jalan), dan meninggal pada abad kedelapan.

Asy-Syibli, anggota istana yang angkuh, pergi ke al-Junaid, mencari pengetahuan sejati. Katanya, “Aku dengar bahwa engkau mempunyai karunia pengetahuan. Berikan, atau juallah padaku.”

Al-Junaid berkata, “Aku tidak dapat menjualnya padamu, karena engkau tidak mempunyai harganya. Aku tidak memberikan padamu, karena yang akan kau miliki terlalu murah. Engkau harus membenamkan diri ke dalam air, seperti aku, supaya memperoleh mutiara.”

“Apa yang harus kulakukan?” tanya asy-Syibli.

“Pergilah dan jadilah penjual belerang.”

Setahun berlalu, al-Junaid berkata padanya, “Engkau maju sebagai pedagang. Sekarang menjadi darwis, jangan jadi apa pun selain mengemis.”

Asy-Syibli menghabiskan satu tahun mengemis di jalanan Baghdad, tanpa keberhasilan. Ia kembali ke al-Junaid, dan sang Guru berkata kepadanya:

Continue reading

March 12, 2008 Posted by | Asy-Syibli, Junaid Al-Baghdadi, Kisah Sufi | 10 Comments

Tugas Murid Junaid

Junaid Al-Baghdadi, seorang tokoh sufi, mempunyai anak didik yang amat ia senangi. Santri-santri Junaid yang lain menjadi iri hati. Mereka tak dapat mengerti mengapa Syeikh memberi perhatian khusus kepada anak itu.

Suatu saat, Junaid menyuruh semua santrinya untuk membeli ayam di pasar untuk kemudian menyembelihnya. Namun Junaid memberi syarat bahwa mereka harus menyembelih ayam itu di tempat di mana tak ada yang dapat melihat mereka. Sebelum matahari terbenam, mereka harus dapat menyelesaikan tugas itu.

Satu demi satu santri kembali ke hadapan Junaid, semua membawa ayam yang telah tersembelih. Akhirnya ketika matahari tenggelam, murid muda itu baru datang, dengan ayam yang masih hidup. Santri-santri yang lain menertawakannya dan mengatakan bahwa santri itu tak boleh melaksanakan perintah Syeikh yang begitu mudah.

Continue reading

March 11, 2008 Posted by | Junaid Al-Baghdadi, Kisah Sufi | 2 Comments

Mutiara

Syibili hendak berguru kepada Junaid, ia berkata, “Banyak yang bilang pada saya bahwa Guru adalah ahli nomor satu soal mutiara penyadaran dan hikmah ilahiah. Berilah saya salah satu mutiara itu atau juallah pada saya.”

Junaid tersenyum. “Kalau kujual, kau takkan mampu membayarnya. Kalau kau kuberi, kau akan meremehkannya, karena begitu mudah memperolehnya. Lakukanlah seperti yang kulakukan; selami Lautan. Jika kau menunggu dengan sabar, akan kau temukan Mutiaramu.”

March 10, 2008 Posted by | Asy-Syibli, Junaid Al-Baghdadi, Kisah Sufi | Leave a comment