Daris Rajih

Search…View…Copy…Paste…

Wanita Berjilbab dan Permen

Seorang non-muslim bertanya kepada seorang muslim …

Mengapa gadis-gadis muslim menutupi tubuh mereka juga rambutnya?

Orang muslim tersenyum… Lalu mengeluarkan dua permen, ia membuka yang pertama dan yang satu lagi dalam keadaan terbungkus. Kemudian ia melemparkan keduanya di lantai yang berdebu dan meminta siKristen tadi untuk mengambil salah satu permennya tadi… Mana yg akan you pilih?

Orang Kristen menjawab: “Ya tentu saja yang tertutup”

Kemudian Muslim berkata bahwa inilah cara kami memperlakukan wanita!

Dunia adalah tempat yang kotor dan Islam adalah pembungkus yang melindungi perempuan dari bahaya dan kotoran itu tadi..!…

January 20, 2012 Posted by | Kisah Hikmah | 6 Comments

Abu Hurairah Sang Ahlus Shuffah

Di antara ratusan ribu hadits Nabi Muhammad saw, terdapat banyak hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra. Meski hanya empat tahun hidup bersama Rasul saw. sebelum wafat beliau, namun Abu Hurairah telah menghafal dan meriwayatkan 5.374 hadits dari Nabi saw.

Nama aslinya Abdurrahman bin Shakhr Ad Dausi. Ia masuk Islam pada 7 H. Asalnya dari Yaman dan diperkirakan lahir tahun 21 sebelum hijrah. Setelah masuk Islam, ia tinggal di halaman masjid Nabawi dan menemani Nabi saw dalam berbagai kesempatan. Ia termasuk sahabat yang hidup sebatang kara dan tidak punya rumah yang oleh kalangan kaum muslimin disebut Ahlus Shuffah (ahli Shuffah).

Orang-orang Ahli Shuffah adalah orang Islam dan dianggap tamu-tamu Islam oleh Nabi saw. Mereka tidak punya tempat tinggal dan tidak punya kerabat di Madinah. Mereka tinggal di halaman masjid Nabi. Jika Nabi saw. mendapatkan shadaqah, beliau segera mengirimkan kepada mereka dan beliau tidak mengambil sedikit pun. Kalau mendapat hadiah, maka Nabi saw. mengirimkannya kepada Ahli Shuffah dan beliau mengambil sedikit atau beliau memakannya bersama mereka.

Setelah masuk Islam, Abu Hurairah selalu menemani dan melayani Rasulullah saw kapan pun dan dimana pun beliau berada. Sehingga ia mendapat banyak ilmu dari Nabi saw. Meski bertemu Nabi selama kurang lebih empat tahun saja, namun sahabat yang gemar memelihara kucing ini menghafal lebih banyak hadits daripada sahabat lain yang lebih senior.

Setia Menemani & Melayani

Abu Hurairah ra pernah bercerita. Suatu hari Rasulullah Muhammad saw. duduk bersama para sahabat beliau, termasuk Abu Bakar ra dan Umar bin Khaththab ra (dalam Ringkasan Shahih Muslim, Mizan, hadits no. 12, hlm. 11-13).

Tak lama kemudian, Rasulullah saw. meninggalkan majelis sahabat itu. Karena beliau pergi sangat lama, para sahabat mengkuatirkan keadaan beliau. Lalu para sahabat mencari keberadaan Nabi saw. Ternyata, Abu Hurairah lebih dulu menjumpai Nabi yang sedang berada di sebuah kebun milik orang Anshar dari Bani Najjar.

Abu Hurairah bermaksud masuk ke kebun itu. Tapi ia tak menemukan pintu masuknya. Akhirnya ia melompati parit yang terhubung dengan sebuah sumur yang berada di tengah kebun itu.

Mendengar suara kehadiran orang, Nabi saw. bertanya, �Apakah itu Abu Hurairah?�

�Benar,� jawabnya.

�Ada apa?�

�Engkau tadi berada ditengah-tengah kami lalu engkau meninggalkan kami sangat lama. Kami kuatir terjadi sesuatu pada engkau. Karena itu, saya masuk kebun ini dan melompat seperti serigala. Orang-orang yang lain menyusul di blakang saya.�

Kemudian Nabi saw. bersabda, �Wahai Abu Huirairah, bawalah sepasang sandalku ini dan siapa saja yang engkau temui di balik kebun ini sedangkan dia bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dengan yakin sepenuh hati, berilah kabar gembira dengan (masuk) surga.� Lalu Abu Hurairah beranjak pergi. Orang pertama yang ditemuinya di balik kebun adalah Umar bin Khaththab ra.

Umar bertanya, �Apa yang hendak kau lakukan dengan sepasang sandal itu wahai Abu Hurairah?� Ia menjawab, �Sepasang sandal ini adalah milik Rasulullah saw. Beliau mengutus dengannya bahwa siapa saja yang bersaksi tiada tuhan selain Allah dengan sepenuh hati, maka saya beri kabar gembira dengan (masuk) surga.� Mendengar itu, lantas Umar memukul dada Abu Hurairah dengan tangannya hingga Abu Hurairah jatuh terjengkang. Setelah memukul, Umar dengan tegas berkata kepadanya, �Kembalilah kau (kepada Rasulullah saw.)!�

Abu Hurairah sama sekali tidak punya keinginan untuk membalas. Sambil meringis kesakitan, Abu Hurairah menuruti perintah Umar untuk menemui Nabi saw. Umar menyusul di belakangnya. Ia hanya heran dengan sikap Umar itu.

Sambil menahan sakit, ia berjalan menemui Nabi saw. Melihat Abu Hurairah menangis, Nabi saw. bertanya, �Apa yang terjadi pada dirimu wahai Abu Hurairah?�

Ia menjawab, �Saya bertemu dengan Umar. Lalu saya memberitahukan kepadanya hal yang telah engkau utus. Namun Umar malah memukul dada saya dengan tangannya sampai saya jatuh. Umar malah menyuruh saya kembali.�

Lalu Nabi saw. bertanya kepada Umar yang berada di samping Abu Hurairah. Nabi saw. pun bertanya, �Wahai Umar, apa yang membuat engkau berbuat demikian?�

Umar menjawab, �Wahai Rasulullah, semoga ayah dan ibuku sebagai tebusanmu. Apakah engkau mengutus Abu Hurairah dengan membawa sepasang sandalmu dan siapa saja yang dia temui sedang dia bersaksi tiada tuhan selain Allah dengan yakin sepenuh hatinya, dia memberinya kabar gembira dengan (masuk) surga?�

�Ya.�

�Janganlah engkau melakukan itu. Karena saya kuatir orang-orang akan bersandar pada ucapan itu saja. Tetapi biarlah mereka mengerjakan amal-amal kebaikan.�

�(Kalau begitu) biarkanlah mereka mengerjakan amal-amal kebaikan,� jawab Nabi saw.

Dikira Orang Gila

Salah satu kelebihan Abu Hurairah adalah rasa hausnya akan ilmu mengalahkan rasa laparnya terhadap makanan. Imam Bukhari menarasikan penggalan perjalanan hidup Abu Hurairah bersama Rasul saw. (diolah dari Riyadhus Shalihin karya Imam Nawawi, hadits no. 502).

Suatu hari, Abu Hurairah menceritakan keadaannya. Ia berkata, �Demi Allah, yang tiada tuhan selain Dia. Aku pernah merapatkan perutku ke tanah karena lapar. Aku mengikat batu di perutku juga karena lapar. Aku juga pernah terduduk di tempat di sebuah jalan yang biasa dilalui orang. Dari kejauhan, Nabi saw. tersenyum saat melihatku. Sepertinya beliau mengerti keadaanku setelah memperhatikan ekspresi wajahku dan posisi tubuhku.�

Kemudian Nabi saw. memanggil Abu Hurairah, �Wahai, Abu Hirr (panggilan akrab Abu Hurairah, artinya bapak atau pemilik kucing kecil, Red.).

�Labbaik ya Rasulullah.�

�Ikutlah denganku,� ucap Nabi saw.

Lalu Abu Hurairah menemani Nabi saw. menuju salah satu rumah keluarga beliau. Nabi saw. pun masuk. Abu Hurairah minta izin masuk dan beliau mengizinkannya. Di sana ada segelas susu. Nabi saw. bertanya kepada penghuni rumah, �Darimana asal susu ini?�

�Seorang perempuan menghadiahkan untuk engkau, wahai Rasulullah,� jawab penghuni rumah.

�Wahai Abu Hirr.�

�Labbaik ya Rasulullah,� jawab Abu Hurairah.

�Temuilah orang-orang Ahli Shuffah itu. Ajaklah kemari.�

Saat memanggil Ahli Shuffah, Abu Hurairah berkata sendiri, �Mengapa susu ini diberikan kepada Ahli Shuffah? Padahal aku paling pantas untuk minum susu itu agar kekuatan saya pulih (dari rasa lapar yang sangat, Red.). Apabila Ahli Shuffah kemari, beliau pasti menyuruh saya memberikan susu itu kepada mereka dan kemungkinan saya tidak mendapat bagian dari susu itu (karena terbatasnya susu, Red.). Maka, perasaanku jadi tidak enak karena ini. Tapi taat kepada Allah dan Rasul harus diutamakan.� Abu Hurairah lebih mengutamakan ketaatan kepada Allah dan Rasul daripada perasaannya sendiri. Ia tetap melaksanakan perintah Nabi saw.

Kenangan Indah

Inilah salah satu kelebihan akhlak Abu Hurairah. Ia termasuk sahabat Nabi saw. yang sangat menjaga harga dirinya meski hidup kekurangan. Ia tidak meminta-minta meski sangat membutuhkan. Berdasar riwayat Muhammad bin Sirin, ia pernah tergeletak di antara mimbar Nabi saw. dan kamar Aisyah (di sekitar Masjid Nabawi, Red.). Tiba-tiba ada seseorang yang melewatinya dan meletakkan kakinya di lehernya. Ia mengira Abu Hurairah orang gila yang tidur sembarangan. Padahal ia tergeletak karena lapar (HR. Bukhari).

Setelah Ahli Shuffah tiba dan duduk mengelilingi Nabi saw, kemudian Nabi saw. berkata, �Wahai Abu Hirr.�

�Labbaik ya Rasulullah.�

�Ambil susu itu dan bagikan kepada mereka.�

Abu Hurairah berkata sendiri, �Aku sangat berharap aku mendapat bagian dari susu ini. Dan ini bukan berarti aku tidak taat kepad Allah dan Rasul sama sekali.�

Namun Abu Hurairah tetap melaksanakan perintah Nabi saw. Ia memberikan susu itu secera bergiliran kepada orang-orang Ahli Shuffah. Satu persatu minum sampai puas, baru kemudian mengembalikan gelasnya kepada Abu Hurairah. Begitu seterusnya hingga orang terakhir. Dengan izin Allah, meski diminum banyak orang ternyata susunya tidak habis-habis.

Setelah semua minum, kemudian Nabi saw. mengambil gelas itu. Lalu Nabi saw. melihat ke arah Abu Hurairah sambil tersenyum.

�Wahai Abu Hirr.�

�Labbaik ya Rasulullah.�

�Sekarang tinggal aku dan kamu.�

�Engkau benar wahai Rasulullah.�

�Duduklah dan minumlah.�

Maka Abu Hurairah duduk dan meminumnya.

�Minumlah,� ucap Nabi saw. lagi. Abu Hurairah pun meminumnya lagi. Dan Nabi saw. berkali-kali menyuruh Abu Hurairah minum. Abu Hurairah terus minum hingga akhirnya ia berkata, �Tidak, demi Zat yang mengutusmu dengan kebenaran! Perut saya tidak muat lagi.�

Lantas Nabi saw. bersabda, �Bawa kemari gelas itu.� Kemudian, Nabi saw. memuji Allah, menyebut Asma-Nya dan kemudian meminumnya.{}

Sumber:

– Riyadhus Shalihin, Imam Nawawi, terjemahan Indonesia Penerbit
I�tishom Cahaya Umat jilid I, Jakarta, cetakan kedua April 2006.

– Riyadhus Shalihin, Imam Nawawi, terjemahan Indonesi Penerbit
Pustaka Amani jilid I, Jakarta, cetakan keempat 1999.

– 125 Kiat Salaf Menjadikan Waktu Produktif, Abul Qa�qa
Muhammad bin Shalih, Pustaka eLBA, Surabaya, cetakan pertama 2006

– Ringkasan Shahih Muslim, Zaki Al Din Abd Al Azhim Al
Mundziri, Mizan, 2008, Bandung.

July 11, 2011 Posted by | Kisah Hikmah | 3 Comments

Kesucian dan Kemuliaan Ilmu

Sayyidina Ali K.W berkata:

1. Ilmu adalah pusaka yang mulia.

2. Serendah-rendah ilmu adalah yang berhenti di lidah, dan yang paling tinggi adalah yang tampak di anggota-anggota badan.

3. Tetaplah mengingat ilmu di tengah orang-orang yang tidak menyukainya, dan mengingat kemuliaan yang terdahulu di tengah orang-orang yang tidak memiliki kemuliaan, karena hal itu termasuk di antara yang menjadikan keduanya dengki terhadapmu.

4. Jika Allah hendak merendahkan seorang hamba, maka Dia mengharamkan terhadapnya ilmu.

5. Jika mayat seseorang telah diletakkan di dalam kuburnya, maka muncullah empat api. Lalu datanglah shalat (yang biasa dikerjakannya), maka ia memadamkan satu api. Lalu datanglah puasa, maka ia memadamkan api yang satunya lagi (api kedua). Lalu datanglah sedekah, maka ia memadamkan api yang satunya lagi. Lalu datanglah ilmu, maka ia memadamkan api yang keempat seraya berkata, �Seandainya aku menjumpai api-api itu, niscaya akan aku padamkan semuanya. Oleh karena itu, bergembiralah kamu. Aku senantiasa bersamamu, dan engkau tidak akan pernah melihat kesengsaraan.�

6. Janganlah engkau membicarakan ilmu dengan orang-orang yang kurang akal karena mereka hanya akan mendustakanmu, dan tidak pula kepada orang-orang bodoh karena mereka hanya akan menyusahkanmu. Akan tetapi, bicarakanlah ilmu dengan orang yang menerimanya dengan penerimaan yang baik dan yang memahaminya.

7. Cukuplah ilmu itu sebagai kemuliaan bahwasanya ia diaku-aku oleh orang yang bukan ahlinya dan senang jika dia dinisbatkan kepadanya.

July 11, 2011 Posted by | Kisah Hikmah | Leave a comment

Gus Dur dan Deklarasi Tentang Hubungan Pancasila dengan Islam

Sebuah Catatan Oleh: KH. Dr. A. Mustofa Bisri

Saat membicarakan Khitthah Nahdlatul Ulama dalam Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama di Situbondo 16 Rabiul Awwal 1404 H / 21 Desember 1983, ada 3 Sub Komisi Khitthah yang masing-masing dipimpin oleh KH. Tholchah Mansoer; Drs. Zamroni, dan H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) � rahimahumuLlah.

Gus Dur waktu itu memimpin Sub. Komisi Deklarasi yang membahas tentang Hubungan Pancasila dengan Islam. Dan Deklarasi di bawah inilah hasilnya:

***

Bismillahirrahmanirrahim

1. Pancasila sebagai dasar dan falsafah Negara Republik Indonesia bukanlah agama, tidak dapat menggantikan agama dan tidak dapat dipergunakan untuk menggantikan kedudukan agama.

2. Sila “Ketuhanan Yang Maha Esa” sebagai dasar Negara Republik Indonesia menurut pasal 29 ayat 1 Undang Undang Dasar (UUD) 1945, yang menjiwai sila yang lain, mencerminkan tauhid menurut pengertian keimanan dalam Islam.

3. Bagi Nahdlatul Ulama (NU) Islam adalah akidah dan syariah, meliputi aspek hubungan manusia dengan Allah dan hubungan antara manusia.

4. Penerimaan dan pengamalan Pancasila merupakan perwujudan dari upaya umat Islam Indonesia untuk menjalankan syariat agamanya.

5. Sebagai konsekwensi dari sikap di atas, NU berkewajiban mengamankan pengertian yang benar tentang Pancasila dan pengamalannya yang murni dan konsekwen oleh semua pihak.

Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama

Situbondo, 16 Rabiul Awwal 1404 H / 21 Desember 1983 M

***

Rapat untuk merumuskan Deklarasi di atas, hanya berlangsung singkat sekali. Pimpinan (H. Abdurrahman Wahid alias Gus Dur) membuka rapat dengan mengajak membaca AL-Fatihah. Lalu mengusulkan bagaimana kalau masing-masing yang hadir menyampaikan pikirannya satu-persatu dan usul ini disetujui. Kemudian secara bergiliran masing-masing anggota Sub Komisi — dr. Muhammad dari Surabaya; KH. Mukaffi Maki dari Madura; KH. Prof. Hasan dari Sumatera; KH. Zarkawi dari Situbondo; dan . A. Mustofa Bisri dari Rembang �berbicara menyampaikan pikirannya berkaitan dengan Pancasila dan apa yang perlu dirumus-tuangkan dalam Deklarasi.

Setelah semuanya berbicara, Pimpinan pun menkonfirmasi apa yang disampaikan kelima anggota dengan membaca catatannya, lalu katanya: �Bagaimana kalau kelima hal ini saja yang kita jadikan rumusan?� Semua setuju. Pimpinan memukulkan palu. Dan rapat pun usai.

K. Kun Solahuddin yang diutus K. As�ad Samsul Arifin untuk �mengamati� rapat, kemudian melapor ke K. As�ad. Ketika kembali menemui Pimpinan dan para anggota Sub Komisi, K. Kun mengatakan bahwa K. As�ad kurang setuju dengan salah satu redaksi dalam Deklarasi hasil rapat dan minta untuk diganti. Sub Komisi Khitthah pun mengutus A. Mustofa Bisri untuk menghadap dan berunding dengan K. As�ad. Hasilnya ialah Deklarasi di atas.

Yang masih menyisakan tanda Tanya di benak saya selaku �saksi sejarah�, bagaimana Gus Dur bisa begitu cepat menyimpulkan semua yang disampaikan anggota Sub Komisi dan kelimanya �termasuk saya– merasa bahwa kesimpulan yang dirumuskannya telah mencakup pikiran kami masing-masing. Dugaan saya, Gus Dur sudah �membaca� masing-masing pribadi kami dan karenanya sudah tahu apa yang akan kami katakan berkenaan dengan Pancasila, lalu menuliskan kelima butir rumusan tersebut. Dugaan ini sama atau diperkuat dengan fenomena yang masyhur: ketika Gus Dur sanggup menanggapi dengan pas pembicaraan orang yang �padahal– pada saat berbicara, Gus Dur tidur. Wallahu a�lam.

July 11, 2011 Posted by | Kisah Hikmah | Leave a comment

Ilmu dan Kebodohan

Sayyidina Ali K.W berkata:

1. Orang yang bodoh adalah yang menganggap dirinya tahu tentang makrifat ilmu yang sebenarnya tidak diketahuinya, dan dia merasa cukup dengan pendapatnya saja.

2. Orang yang alim mengetahui orang yang bodoh karena dia dahulunya adalah orang yang bodoh, sedangkan orang yang bodoh tidak mengetahui orang yang alim karena dia tidak pernah menjadi orang alim.

3. Orang bodoh adalah kecil meskipun dia orang tua, sedangkan orang alim besar meskipun dia masih remaja.

4. Allah tidak memerintahkan kepada orang bodoh untuk belajar sebelum Dia memerintahkan terlebih dahulu kepada orang alim untuk mengajar.

5. Sesuatu menjadi mudah bagi dua macam orang: orang alim yang mengetahui segala akibat dan orang bodoh yang tidak mengetahui apa yang sedang terjadi padanya.

6. Ada dua orang yang membinasakanku: orang bodoh yang ahli ibadah dan orang alim yang mengumbar nafsunya.

7. Imam `Ali a.s. menjawab pertanyaan seorang yang bertanya kepadanya tentang kesulitan, dia berkata, �Bertanyalah engkau untuk dapat memahami,
dan janganlah engkau bertanya dengan keras kepala. Sebab, sesungguhnya orang bodoh yang terpelajar serupa dengan orang alim, dan orang alim yang sewenang-wenang serupa dengan orang bodoh yang keras kepala.�

8. Engkau tidaklah aman dari kejahatan orang bodoh yang dekat denganmu dalam kekerabatan dan ketetanggaan. Sebab, yang paling dikhawatirkan terbakar nyala api adalah yang paling dekat dengan api itu.

9. Alangkah buruknya orang yang berwajah tampan, namun dia bodoh. la seperti rumah yang bagus bangunannya, tetapi penghuninya orang yang jahat,
atau seperti taman yang penghuninya adalah burung hantu, atau kebun kurma yang penjaganya adalah serigala.

10. Janganlah engkau berselisih dengan orang bodoh, janganlah engkau mengikuti orang pandir, dan janganlah engkau memusuhi penguasa.

11. Yang engkau lihat dari orang yang bodoh hanyalah dua hal: melampaui batas atau boros.

12. Sebodoh-bodoh orang adalah orang yang tersandung batu dua kali.

13. Menetapkan hujah terhadap orang bodoh adalah mudah, tetapi mengukuhkannya yang sulit.

14. Tidak ada kebaikan dalam hal diam tentang suatu hukum, sebagaimana tidak ada kebaikan dalam hal berkata dengan kebodohan.

15. Tidak ada penyakit yang lebih parah daripada kebodohan.

16. Dan tidak ada kefakiran yang sebanding dengan kebodohan.

July 11, 2011 Posted by | Kisah Hikmah | 1 Comment

Riwayat Sholawat Badar

Sholawat Badar adalah rangkaian sholawat berisikan tawassul dengan nama Allah, dengan Junjungan Nabi s.a.w. serta para mujahidin teristimewanya para pejuang Badar.

Sholawat ini adalah hasil karya Kiyai Ali Manshur, yang merupakan cucu Kiyai Haji Muhammad Shiddiq, Jember. Oleh itu, Kiyai `Ali Manshur adalah anak saudara/keponakanKiyai Haji Ahmad Qusyairi, ulama besar dan pengarang kitab “”Tanwir al-Hija” yang telah disyarahkan oleh ulama terkemuka Haramain, Habib `Alawi bin `Abbas bin `Abdul `Aziz al-Maliki al-Hasani, dengan jodol “Inarat ad-Duja”.

Diceritakan bahwa asal mula karya ini ditulis oleh Kiyai `Ali Manshur sekitar tahun 1960an, pada waktu umat Islam Indonesia menghadapi fitnah Partai Komunis Indonesia (PKI).

Ketika itu, Kiyai `Ali adalah Kepala Kantor Departemen Agama Banyuwangi dan juga seorang Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama di situ.

Keadaan politik yang mencekam saat itu dan kebejatan PKI yang merajalela membunuh massa, bahkan banyak kiyai yang menjadi mangsa mereka, maka terlintaslah di hati Kiyai `Ali, yang memang mahir membuat syair `Arab sejak nyantri di Pesantren Lirboyo Kediri, untuk menulis satu karangan sebagai sarana bermunajat memohon bantuan Allah SWT untuk meredam fitnah politik saat itu bagi kaum muslimin khususnya Indonesia.

Dalam keadaan tersebut, Kiyai `Ali tertidur dan dalam tidurnya beliau bermimpi didatangi manusia-manusia berjubah putih – hijau, dan pada malam yang sama juga, isteri beliau bermimpikan Kanjeng Nabi s.a.w. Setelah siang, Kiyai `Ali langsung pergi berjumpa dengan Habib Hadi al-Haddar Banyuwangi dan menceritakan kisah mimpinya tersebut. Habib Hadi menyatakan bahwa manusia-manusia berjubah tersebut adalah para ahli Badar. Mendengar penjelasan Habib yang mulia tersebut, Kiyai `Ali semakin bertekad untuk mengarang sebuah syair yang ada kaitan dengan para pejuang Badar tersebut. Lalu malamnya, Kiyai `Ali menjalankan penanya untuk menulis karya yang kemudiannya dikenali sebagai “Sholawat al-Badriyyah” atau “Sholawat Badar”.maka terjadilah hal yang mengherankan keesokan harinya, orang-orang kampung mendatangi rumah beliau dengan membawa beras dan bahan makanan lain. Mereka menceritakan bahwa pada waktu pagi shubuh mereka telah didatangi orang berjubah putih menyuruh mereka pergi ke rumah Kiyai `Ali untuk membantunya kerana akan ada suatu acara diadakan di rumahnya. Itulah sebabnya mereka datang dengan membawa barang tersebut menurut kemampuan masing-masing. yang lebih mengherankan lagi adalah pada malam harinya, ada beberapa orang asing yang membuat persiapan acara tersebut namun kebanyakan orang-orang yang tidak dikenali siapa mereka.

Menjelang keesokan pagi harinya, serombongan habaib yang diketuai oleh Habib `Ali bin `Abdur Rahman al-Habsyi Kwitang tiba-tiba datang ke rumah Kiyai `Ali tanpa memberi tahu terlebih dahulu akan kedatangannya. Tidak tergambar kegembiraan Kiyai `Ali menerima para tamu istimewanya tersebut. Setelah memulai pembicaraan tentang kabar dan keadaan Muslimin, tiba-tiba Habib `Ali Kwitang bertanya mengenai syair yang ditulis oleh Kiyai `Ali tersebut. Tentu saja Kiyai `Ali terkejut karena hasil karyanya itu hanya diketahui dirinya sendiri dan belum disebarkan kepada seorangpun. Tapi beliau mengetahui, ini adalah salah satu kekeramatan Habib `Ali yang terkenal sebagai waliyullah itu. Lalu tanpa banyak bicara, Kiyai `Ali Manshur mengambil kertas karangan syair tersebut lalu membacanya di hadapan para hadirin dengan suaranya yang lantang dan merdu. Para hadirin dan habaib mendengarnya dengan khusyuk sambil menitiskan air mata karena terharu. Setelah selesai dibacakan Sholawat Badar oleh Kiyai `Ali, Habib `Ali menyerukan agar Sholawat Badar dijadikan sarana bermunajat dalam menghadapi fitnah PKI. Maka sejak saat itu masyhurlah karya Kiyai `Ali tersebut.

Selanjutnya, Habib `Ali Kwitang telah mengundan para ulama dan habaib ke Kwitang untuk satu pertemuan, salah seorang yang diundang diantaranya ialah Kiyai `Ali Manshur bersama pamannya Kiyai Ahmad Qusyairi. Dalam pertemuan tersebut, Kiyai `Ali sekali lagi diminta untuk mengumandangkan Sholawat al-Badriyyah gubahannya itu. Maka bertambah masyhur dan tersebar luaslah Sholawat Badar ini dalam masyarakat serta menjadi bacaan populer dalam majlis-majlis ta’lim dan pertemuan. Maka tak heran bila sampai sekarang Shalawat Badar selalu Populer. di Majelis Taklim Habib Ali bin Abdurrahman Alhabsyi sendiri di Kwitang tidak pernah tinggal pembacaan Shalawat Badar tersebut setiap minggunya. untuk lebih lengkapnya tentang cerita ini teman2 milis MR dan teman temanku seiman dapat membaca buku yang berjudul “ANTOLOGI Sejarah Istilah Amaliah Uswah NU” yang disusun oleh H. Soeleiman Fadeli dan Muhammad Subhan. semoga Allah memberikan sebaik-baik ganjaran dan balasan buat pengarang Sholawat Badar serta para habaib yang berperan serta mempopulerkan Shalawat tersebut kepada kita kaum muslimin. Al-Fatihah…..

Sholawat badar merupakan , pernghormatan, pujian, pengakuan dan rasa syukur bagi para Syuhada perang Badar. Hal seperti ini dilakukan pula di zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan iringan rebana sebagaimana terlukiskan dalam hadits berikut

[47.76]/4750 Telah menceritakan kepada kami Musaddad Telah menceritakan kepada kami Bisyr bin Al Mufadldlal Telah menceritakan kepada kami Khalid bin Dzakwan ia berkata; Ar Rubayyi’ binti Mu’awwidz bin `Afran berkata; suatu ketika, Nabi shallallahu `alaihi wasallam dan masuk saat aku membangun mahligai rumah tangga (menikah). Lalu beliau duduk di atas kasurku, sebagaimana posisi dudukmu dariku. Kemudian para budak-budak wanita pun memukul rebana dan mengenang keistimewaan-keistimewaan prajurit yang gugur pada saat perang Badar. Lalu salah seorang dari mereka pun berkata, “Dan di tengah-tengah kita ada seorang Nabi, yang mengetahui apa yang akan terjadi esok hari.” Maka beliau bersabda: “Tinggalkanlah ungkapan ini, dan katakanlah apa yang ingin kamu katakan.”

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam hanya mengkoreksi perkataan “Dan di tengah-tengah kita ada seorang Nabi, yang mengetahui apa yang akan terjadi esok hari” karena Beliau tahu sebatas yang diwahyukan namun beliau tidak melarang ungkapan cinta (sholawat) sebagaimana kita ingin mengungkapkannya dengan pernyataan “katakanlah apa yang ingin kamu katakan”

Bermanfaat untuk amal sholeh (amal kebaikan) saja sekaligus memeriahkan sebuah keramaian / pertemuan.

Bisa sebagai pengganti sedekah ketika tidak punya harta yang bisa disedakahkan

Dari Abu Dzar r.a. berkata, bahwasanya sahabat-sahabat Rasulullah saw. berkata kepada beliau: “Wahai Rasulullah saw., orang-orang kaya telah pergi membawa banyak pahala. Mereka shalat sebagaimana kami shalat, mereka berpuasa sebagaimana kami berpuasa, namun mereka dapat bersedekah dengan kelebihan hartanya.” Rasulullah saw. bersabda, “Bukankah Allah telah menjadikan untukmu sesuatu yang dapat disedekahkan? Yaitu, setiap kali tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, menyuruh pada kebaikan adalah sedekah, melarang kemungkaran adalah sedekah, dan hubungan intim kalian (dengan isteri) adalah sedekah.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah salah seorang di antara kami melampiaskan syahwatnya dan dia mendapatkan pahala?” Rasulullah saw. menjawab, “Bagaimana pendapat kalian jika ia melampiaskan syahwatnya pada yang haram, apakah ia berdosa? Demikian juga jika melampiaskannya pada yang halal, maka ia mendapatkan pahala.” (HR. Muslim)

May 23, 2011 Posted by | Kisah Hikmah | 4 Comments

Kita Menggugat Qur’an Menjawab

Ya Allah… ‎​KENAPA AKU DIUJI ?

QURAN MENJAWAB :

Qs. Al-Ankabut : 2-3 “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: ‘Kami telah beriman’, sedang mereka tidak diuji lagi ? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.

KENAPA AKU TAK MENDAPAT APA YG AKU INGINKAN ?

QURAN MENJAWAB :

Qs. Al-Baqarah : 216 “Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui

KENAPA UJIAN SEBERAT INI ?

QURAN MENJAWAB :

Qs. Al-Baqarah : 286 “Allah tidak membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan kesanggupannya.

KENAPA FRUSTASI?

QURAN MENJAWAB :

Qs. Al-Imran : 139 “Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah pula kamu bersedih hati, padahal kamulah orang2 yg paling tinggi derajatnya, jika kamu orang2 yg beriman

BAGAIMANA AKU HARUS MENGHADAPINYA ?

QURAN MENJAWAB :

Qs. Al-Baqarah : 45 “Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan jalan sabar dan mengerjakan sholat; dan sesungguhnya sholat itu amatlah berat kecuali kepada orang-orang yang khusyuk” Tiada daya dan upaya kecuali atas pertolongan Allah semata.

APA YANG AKU DAPATÂ ?

QURAN MENJAWAB :

Qs. At-Taubah : 111 “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang2 mu’min, diri, harta mereka dengan memberikan jannah utk mereka”

KEPADA SIAPA AKU BERHARAP ?

QURAN MENJAWAB :

Qs. At-Taubah : 129 “Cukuplah Allah bagiku, tidak ada Tuhan selain dari-Nya. Hanya kepada-Nya aku bertawakkal.

AKU TAK SANGGUP !!

QURAN MENJAWAB :

Qs. Yusuf : 12 “Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah melainkan kaum yg kafir.”

TOLONG, AKU BUTUH JALAN KELUAR!

Al Qur’an menjawab:

QS 65: 2 – 3.

Barangsiapa bertaqwa kepada Allah akan dijadikan baginya jalan keluar Dan diberinya rizqi dari arah yang TIDAK DISANGKA-SANGKA.

May 23, 2011 Posted by | Kisah Hikmah | 3 Comments

Jemputlah Dia yang Menggumamkan Namamu!

Oleh : KH. Jalaluddin Rakhmat

Pada pertengahan tahun enam puluhan, saya membentuk keluarga sederhana di tengah tetangga-tetangga yang sederhana dan di perumahan sangat sederhana. Pendapat saya tentang agama juga sederhana. Pegangan saya Al-Quran dan hadis, titik. Saya tidak suka pada peringatan maulid, karena tidak diperintahkan dalam Al-Quran dan hadis. Saya tidak suka salawat yang bermacam-macam selain salawat yang memang tercantum dalam hadis-hadis sahih. Saya senang berdebat mempertahankan paham saya. Saya selalu menang, sampai saya bertemu dengan Mas Darwan.

Mas Darwan adalah orang yang jauh lebih sederhana dari saya. Mungkin pendidikannya tidak melebihi sekolah dasar. Ia pensiunan PJKA. Usianya boleh jadi sekitar enam puluhan. Tetapi penderitaan hidup membuatnya tampak lebih tua. Pendengarannya sudah rusak. Karena itu, ia sedikit bicara, banyak bekerja. Ia sering memperbaiki rumahku tanpa saya minta. Ia sangat menghormati saya, yang dianggapnya seorang kiyai muda di kampung itu. Padahal ia tahu bahwa saya selalu datang terlambat ke mesjid untuk salat subuh.

Untuk mengisi waktunya, ia mencangkul petak-petak kosong yang terletak di antara rel kereta api di dekat stasiun Kiaracondong. Ia menanaminya dengan ubi. Pada suatu hari, ketika ia asyik mencangkul, kereta api cepat dari Yogya menyenggol belakangnya. Ia jatuh terkapar berlumuran darah. Ketika saya mengunjunginya di kamar gawat darurat, saya mendapatkan tubuh Mas Darwan sudah dipenuhi dengan slang-slang transfusi. Saya melihat matanya mengedip padaku dan pada isterinya. Istrinya mendekatkan telinganya ke mulut Mas Darwan. Saya tidak mendengar apa-apa. Sesaat kemudian, ia menghembuskan nafas terakhir.

Saya pulang dengan sedih dan rasa ingin tahu. Apa gerangan yang dibisikkan oleh Mas Darwan pada detik-detik terakhir kehidupannya? Pada hari berikutnya, isterinya mengantarkan nasi tumpeng ke rumahku. Saya hampir menolaknya, karena saya tidak suka selamatan kematian yang biasa disebut sebagai tahlilan. Isterinya bertutur, �Pak Kiyai ingat ketika Masku berbisik padaku? Ia berpesan: Bulan ini bulan maulid. Jangan lupa slametan buat Kanjeng Nabi saw.�

Pada saat-saat terakhir, Mas Darwan tidak ingat petak-petak ubinya. Ia lupa isteri dan anak-anaknya. Ia lupa dunia dan segala isinya. Yang diingatnya pada waktu itu hanyalah Rasulullah saw. Kepongahan saya sebagai orang yang mengerti agama runtuh. Mas Darwan tidak banyak membaca hadis atau tarikh Nabi saw. Ia memang buta huruf. Ia hanya mendengar tentang Nabi dari guru-gurunya. Ia tidak mengerti apa bedanya sunah dan bid�ah. Ia hanya tahu bahwa Kanjeng Nabi adalah sosok manusia suci yang menjadi rahmat bagi alam semesta. Tak terasa airmata menghangatkan pipiku. Saya hanya bisa menyimpulkan apa yang terjadi pada Mas Darwan dengan dua patah kata: Cinta Nabi.

Mas Darwan memiliki kecintaan kepada Rasulullah saw yang jauh lebih tulus dariku. Kemampuanku berdebat habis dibakar oleh api cintanya. Pesan terakhir Mas Darwan adalah definisi cinta yang paling tepat. �Tidak mungkin cinta didefinisikan secara lebih jelas kecuali dengan cinta lagi. Definisi cinta dalah wujud cinta itu sendiri. Cinta tidak dapat digambarkan lebih jelas daripada apa yang digambarkan oleh cinta lagi,� kata Ibn Qayyim al-Jawziyyah dalam Madarij al-Salikin.

Continue reading

May 23, 2011 Posted by | Kisah Hikmah | Leave a comment

Keteladanan Yang Sangat Menakjubkan

Seorang pemuda hendak pergi ke kota makkah untuk menunaikan ibadah umrah, ia pun menyiapkan bekal dan kendaraan dan setelah semua siap maka berangkatlah ia menuju makkah, setelah menempuh perjalanan yang melelahkan, pemuda itu menemukan tempat yang teduh, rimbun ditubuhi oleh tanaman dan rerumputan, iapun berhenti sejenak untuk beristirahat, duduk dibawah sebuah pohon tak lama kemudian ia tertidur lelap.

Selama ia tertidur, ontanya mulai berjalan dari satu tempat ketempat yang lain dan akhirnya masuk kedalam sebuah kebun, ia memakan buah-buahan, tanaman dan merusak setiap tempat yang dilaluinya, adapun penjaga kebun itu adalah seorang kakek yang sudah tua, ia berusaha mengusir onta itu keluar dari kebunnya namun usahanya tidak berhasil, karena kuatir onta itu akan merusak semuanya maka ia pun membunuhnya.

Ketika pemuda itu bangun dari tidurnya, ia mencari ontanya yang hilang, tak lama kemudian ia menemukan ontanya sudah mati didalam kebun, tak lama kemudian datanglah kakek yang membunuh ontanya, pemuda itu bertanya :” siapa yang telah membunuh onta ini?”. Maka kakek itu menjelaskan apa yang telah dilakukan ontanya terhadap pepohonan yang ada di kebun itu dan menyebabkan ia membunuhnya. Mendengar cerita itu si pemuda sangat marah, iapun memukul orang tua itu sehingga ia meninggal dunia.

Pemuda itupun menyesali perbuatannya, ia berfikir untuk melarikan diri tapi keburu ditangkap oleh kedua anak penjaga kebun itu dan membawanya kehadapan amirul mu`minin umar ibnul khattab, agar pemuda yang membunuh ayahnya itu dijatuhi hukum qishash.

Khalifah bertanya kepada pemuda itu, dan ia membenarkan apa yang telah ia lakukan, dan ia menyakatan penyesalan yang mendalam atas apa perbuatan tersebut.

Kata khalifah umar :” tidak ada jalan lain bagimu selain hukum Allah”.

Pemuda itu minta kepada khalifah menunda hukuman untuk mengizinkannya pulang ke kampungnya selama 2 hari untuk menyelasikan urusan hutang piutang dan mengabarkan hal itu kepada keluarganya .Khalifah berkata :” datangkan orang yang bisa menjaminmu bahwa kamu akan kembali lagi kesini, jika kamu tidak kembali maka kami akan melaksanakan hukuman itu kepadanya sebagai penggantimu”.Pemuda itu berkata :” ya amiral mu`minin, saya adalah musafir di negri ini karena itu saya tidak sanggup mendatangkan orang yang akan menjaminku”.

Saat itu sahabat yang mulia, abu dzar al-ghifari sedang berada ditempat itu, lalu ia berkata kepada khalifah :” ya amiral mu`minin, kepalaku ini menjadi jaminannya jika pemuda ini tidak kembali dalam dua hari”.Dengan ta`jub khalifah berkata :” apakah anda yang akan menjadi jaminan bagi dirinya hai sahabat rasulillah?”Abu Dzar berkata :” na`am ya amiral mu`minin..”

Pada hari pelaksanaan eksekusi semua orang menunggu kedatangan pemuda itu, itulah saat-saat yang paling menegangkan.

Tiba-tiba orang-orang yang hadir ditempat itu melihat dari kejauhan seseorang berlari-lari hingga sampai ketempat pelaksanaan hukuman, semua orang melihatnya dengan wajah keheranan, ternyata ia adalah pemuda itu..

Khalifah bertanya :” wahai pemuda, mengapa engkau kembali lagi, padahal kamu bisa menghindari darimu dari kematian?”Pemuda itu menjawab :” ya amiral mu`minin, aku melakukan semua ini, agar manusia tidak beranggapan bahwa menepati janji dikalangan kaum muslimin sudah tidak ada lagi”.
Khalifah memandang kepada sahabatnya abu dzar lalu berkata :” dan kamu wahai abu dzar, mengapa kamu berani melakuakan ini, sementara kamu tidak mengenal pemuda ini?”Abu Dzar menjawab:” aku lakukan hal ini supaya manusia tidak beranggapan bahwa tanggung jawab dan sikap kesatria sudah tidak ada lagi detengah kaum muslimin”.

Ketika itulah kedua pemuda, anak dari kakek yang dibunuh tadi berkata :” giliran kami ya amiral mu`min, saksikanlah olehmu bahwa kami telah memaafkan pemuda ini dan kami batalkan tuntutan kami, jangan sampai orang mengatakan tidak ada lagi maaf dikalangan kaum muslimin, tidak ada hal yang lebih utama selain memafkan selagi bisa membalas”.

May 23, 2011 Posted by | Kisah Hikmah | 2 Comments