Daris Rajih

Search…View…Copy…Paste…

Syekh Siti Jenar

Syekh Siti Jenar (juga dikenal dalam banyak nama lain, antara lain Sitibrit, Lemahbang, dan Lemah Abang) adalah seorang tokoh yang dianggap Sufi dan juga salah satu penyebar agama Islam di pulau Jawa yang sangat kontroversial di Jawa, Indonesia. Tidak ada yang mengetahui secara pasti asal-usulnya, di masyarakat, terdapat banyak varian cerita mengenai asal-usul Syekh Siti Jenar.

Sebagian umat Islam menganggapnya sesat karena ajarannya yang terkenal, yaitu Manunggaling Kawula Gusti. Akan tetapi sebagian yang lain menganggap bahwa Syekh Siti Jenar adalah intelektual yang sudah mendapatkan esensi Islam itu sendiri. Ajaran – ajarannya tertuang dalam pupuh, yaitu karya sastra yang dibuatnya. Meskipun demikian, ajaran yang sangat mulia dari Syekh Siti Jenar adalah budi pekerti.

Syekh Siti Jenar mengembangkan ajaran cara hidup sufi yang bertentangan dengan cara hidup Walisongo. Pertentangan praktek sufi Syekh Siti Jenar dengan Walisongo terletak pada penekanan aspek formal ketentuan syariah yang dilakukan oleh Walisongo.

Konsep dan ajaran

Ajaran Syekh Siti Jenar yang paling kontroversial terkait dengan konsepnya tentang hidup dan mati, Tuhan dan kebebasan, serta tempat berlakunya syariat tersebut. Syekh Siti Jenar memandang bahwa kehidupan manusia di dunia ini disebut sebagai kematian. Sebaliknya, yaitu apa yang disebut umum sebagai kematian justru disebut sebagai awal dari kehidupan yang hakiki dan abadi.

Konsekuensinya, ia tidak dapat dikenai hukum yang bersifat keduniawian (hukum negara dan lainnnya), tidak termasuk didalamnya hukum syariat peribadatan sebagaimana ketentuan syariah. Dan menurut ulama pada masa itu yang memahami inti ajaran Siti Jenar bahwa manusia di dunia ini tidak harus memenuhi rukun Islam yang lima, yaitu: syahadat, shalat, puasa, zakat dan haji. Baginya, syariah itu baru berlaku sesudah manusia menjalani kehidupan paska kematian. Syekh Siti Jenar juga berpendapat bahwa Allah itu ada dalam dirinya, yaitu di dalam budi. Pemahaman inilah yang dipropagandakan oleh para ulama pada masa itu. Mirip dengan konsep Al-Hallaj (tokoh sufi Islam yang dihukum mati pada awal sejarah perkembangan Islam sekitar abad ke-9 Masehi) tentang Hulul yang berkaitan dengan kesamaan sifat manusia dan Tuhan. Dimana Pemahaman ketauhidan harus dilewati melalui 4 tahapan ; 1. Syariat (dengan menjalankan hukum-hukum agama spt sholat, zakat dll); 2. Tarekat, dengan melakukan amalan-amalan spt wirid, dzikir dalam waktu dan hitungan tertentu; 3. Hakekat, dimana hakekat dari manusia dan kesejatian hidup akan ditemukan; dan 4. Ma’rifat, kecintaan kepada Allah dengan makna seluas-luasnya. Bukan berarti bahwa setelah memasuki tahapan-tahapan tersebut maka tahapan dibawahnya ditiadakan. Pemahaman inilah yang kurang bisa dimengerti oleh para ulama pada masa itu tentang ilmu tasawuf yang disampaikan oleh Syech Siti Jenar. Ilmu yang baru bisa dipahami setelah melewati ratusan tahun pasca wafatnya sang Syech. Para ulama mengkhawatirkan adanya kesalahpahaman dalam menerima ajaran yang disampaikan oleh Syech Siti Jenar kepada masyarakat awam dimana pada masa itu ajaran Islam yang harus disampaikan adalah pada tingkatan ‘syariat’. Sedangkan ajaran Siti Jenar sudah memasuki tahap ‘hakekat’ dan bahkan ‘ma’rifat’kepada Allah (kecintaan yang sangat kepada ALLAH). Oleh karenanya, ajaran yang disampaikan oleh Siti Jenar hanya dapat dibendung dengan kata ‘SESAT’.

Dalam pupuhnya, Syekh Siti Jenar merasa malu apabila harus berdebat masalah agama. Alasannya sederhana, yaitu dalam agama apapun, setiap pemeluk sebenarnya menyembah zat Yang Maha Kuasa. Hanya saja masing – masing menyembah dengan menyebut nama yang berbeda – beda dan menjalankan ajaran dengan cara yang belum tentu sama. Oleh karena itu, masing – masing pemeluk tidak perlu saling berdebat untuk mendapat pengakuan bahwa agamanya yang paling benar.

Syekh Siti Jenar juga mengajarkan agar seseorang dapat lebih mengutamakan prinsip ikhlas dalam menjalankan ibadah. Orang yang beribadah dengan mengharapkan surga atau pahala berarti belum bisa disebut ikhlas.

Manunggaling Kawula Gusti

Dalam ajarannya ini, pendukungnya berpendapat bahwa Syekh Siti Jenar tidak pernah menyebut dirinya sebagai Tuhan. Manunggaling Kawula Gusti dianggap bukan berarti bercampurnya Tuhan dengan Makhluknya, melainkan bahwa Sang Pencipta adalah tempat kembali semua makhluk. Dan dengan kembali kepada Tuhannya, manusia telah menjadi sangat dekat dengan Tuhannya.

Dan dalam ajarannya, ‘Manunggaling Kawula Gusti’ adalah bahwa di dalam diri manusia terdapat ruh yang berasal dari ruh Tuhan sesuai dengan ayat Al Qur’an yang menerangkan tentang penciptaan manusia (“Ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: “Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah. Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya (Shaad; 71-72)”)>. Dengan demikian ruh manusia akan menyatu dengan ruh Tuhan dikala penyembahan terhadap Tuhan terjadi.

Perbedaan penafsiran ayat Al Qur’an dari para murid Syekh Siti inilah yang menimbulkan polemik bahwa di dalam tubuh manusia bersemayam ruh Tuhan, yaitu polemik paham ‘Manunggaling Kawula Gusti’.

Hamamayu Hayuning Bawana

Prinsip ini berarti memakmurkan bumi. Ini mirip dengan pesan utama Islam, yaitu rahmatan lil alamin. Seorang dianggap muslim, salah satunya apabila dia bisa memberikan manfaat bagi lingkungannya dan bukannya menciptakan kerusakan di bumi.

Kontroversi

Kontroversi yang lebih hebat terjadi di sekitar kematian Syekh Siti Jenar. Ajarannya yang amat kontroversial itu telah membuat gelisah para pejabat kerajaan Demak Bintoro. Di sisi kekuasaan, Kerajaan Demak khawatir ajaran ini akan berujung pada pemberontakan mengingat salah satu murid Syekh Siti Jenar, Ki Ageng Pengging atau Ki Kebokenanga adalah keturunan elite Majapahit (sama seperti Raden Patah) dan mengakibatkan konflik di antara keduanya.

Dari sisi agama Islam, Walisongo yang menopang kekuasaan Demak Bintoro, khawatir ajaran ini akan terus berkembang sehingga menyebarkan kesesatan di kalangan umat. Kegelisahan ini membuat mereka merencanakan satu tindakan bagi Syekh Siti Jenar yaitu harus segera menghadap Demak Bintoro. Pengiriman utusan Syekh Dumbo dan Pangeran Bayat ternyata tak cukup untuk dapat membuat Siti Jenar memenuhi panggilan Sri Narendra Raja Demak Bintoro untuk menghadap ke Kerajaan Demak. Hingga konon akhirnya para Walisongo sendiri yang akhirnya datang ke Desa Krendhasawa di mana perguruan Siti Jenar berada.[rujukan?]

Para Wali dan pihak kerajaan sepakat untuk menjatuhkan hukuman mati bagi Syekh Siti Jenar dengan tuduhan telah membangkang kepada raja. Maka berangkatlah lima wali yang diusulkan oleh Syekh Maulana Maghribi ke Desa Krendhasawa. Kelima wali itu adalah Sunan Bonang, Sunan Kalijaga, Pangeran Modang, Sunan Kudus, dan Sunan Geseng.

Sesampainya di sana, terjadi perdebatan dan adu ilmu antara kelima wali tersebut dengan Siti Jenar. Menurut Siti Jenar, kelima wali tersebut tidak usah repot-repot ingin membunuh Siti Jenar. Karena beliau dapat meminum tirtamarta (air kehidupan) sendiri. Ia dapat menjelang kehidupan yang hakiki jika memang ia dan budinya menghendaki.[rujukan?]

Tak lama, terbujurlah jenazah Siti Jenar di hadapan kelima wali. Ketika hal ini diketahui oleh murid-muridnya, serentak keempat muridnya yang benar-benar pandai yaitu Ki Bisono, Ki Donoboyo, Ki Chantulo dan Ki Pringgoboyo pun mengakhiri “kematian”-nya dengan cara yang misterius seperti yang dilakukan oleh gurunya di hadapan para wali.[rujukan?]

Kisah pada saat pasca kematian

Terdapat kisah yang menyebutkan bahwa ketika jenazah Siti Jenar disemayamkan di Masjid Demak, menjelang salat Isya, semerbak beribu bunga dan cahaya kilau kemilau memancar dari jenazah Siti Jenar.

Jenazah Siti Jenar sendiri dikuburkan di bawah Masjid Demak oleh para wali. Pendapat lain mengatakan, ia dimakamkan di Masjid Mantingan, Jepara, dengan nama lain.

Setelah tersiar kabar kematian Syekh Siti Jenar, banyak muridnya yang mengikuti jejak gurunya untuk menuju kehidupan yang hakiki. Di antaranya yang terceritakan adalah Kiai Lonthang dari Semarang Ki Kebokenanga dan Ki Ageng Tingkir.

March 10, 2008 - Posted by | Kisah Sufi, Syekh Siti Jenar

45 Comments »

  1. dedek mao smpe k sempurnaan itu

    Comment by dedek 12 | September 5, 2008 | Reply

    • haha mana ada Ajaran Allah yang salah…
      yang salah orang yang mengatas namakan dirinya pada ajaran Allah.

      siti jenar orang yg jujur semenjak dia menuntut ilmu. sebenar2nya Allah tempat terbitnya segala ilmu. dia tak ingin mengakui dia memegang kuasa Allah.

      siti jenar orang yang berani mati demi mengangkat yg haqq atas Nama Allah.

      sesuai sabda Rasullullah bahwa orang beriman tidak Takut mati.
      orang beriman hidup selama-lamanya dari Allah bersama Allah dan kembali kepada Allah.

      Comment by faisal Tanjung | December 24, 2010 | Reply

  2. Salah satu nama alias beliau adalah syeikh datuk abdul djalil dan syeikh jabarantas. Ilmu beliau memang sangat mumpuni (makrifatullah) dan yg sanggup utk mengerti kedalaman ilmu beliau adalah syeikh maulana maghribi (tertua umurnya) dan sunan kalijaga… Ajaran beliau adalah benar….hanya cara penyampaiannya yg salah…
    Karena pada dasarnya walisongo juga meyakini wahdatul wujud tetapi mereka mendalami secara bertahap…

    Comment by elangsurya | October 5, 2008 | Reply

    • sangat aneh kalo para wali yg lain menganggap ajaran syeh siti jenar benar, karena orang awam pun tau kalo ajaran islam boleh meninggalkan sholat atau rukun islam yah sesat namanya

      Comment by ian samu | June 21, 2011 | Reply

  3. benar sobat…karna ada ajaran -ajaran yang sifatnya sir tidak boleh dibuka oleh khalayak umum kecuali bagi yang nyambung.
    saya pribadipun suka dengan ajaran -ajaran syeh siti jenar..

    Comment by Andhi Maskhuri | June 2, 2009 | Reply

  4. SEPERTI BEGAWAN.

    Comment by AJISAKA | July 5, 2009 | Reply

  5. Setuju, saya pun menyukai ajaran syekh siti jenar.

    Comment by Abdullah | July 10, 2009 | Reply

  6. saya nggak berani bilang salah atau benar….tapi ajaran syaikh siti jenar jangan ditelan menta mentah buat kita yang masih belum sampai maqomnya..syaikh syarif hidayatulloh atau sunan gunung jati pernah berpesan bahwa janganlah menempati maqom yang bukan maqomnya…artikel diatas ada yang sedikit muskil….yaitu tentang pada prinsipnya semua agama itu sama,yaitu menyembah yang maha satu,cuma penyebutan dan tatacaranya yang berbeda….nah ini yang kurang setuju.Untuk zaman setelah nabi Muhammad saw.agama yang paling benar adalah agama ISLAM…termasuk zaman syaikh siti jenar…..iya to para sedulur….?

    Comment by ling lung | August 9, 2009 | Reply

  7. betul jgn sembarangan membuka ilmu yang blum bisa di tangkap oleh yang belum kuat akidahnya.ilmu syeh siti jenar bukan untuk umat yang masih selengean.

    Comment by rachmad | August 19, 2009 | Reply

  8. sebenarnya mudah saja untuk mengetahui siapa itu syeikh siti jenar dan bagaimana ajaranya??? tinggal panggil aja ruh muqadasah beliau. terus dialog dgn belau???????????? ada yg sanggup??????

    Comment by sang | October 3, 2009 | Reply

  9. Assalamu’alaykum,
    Maaf ya saudara semua..
    Saya ikutan bebagi sedikit dari apa yg mampu saya pahami,
    * seorang yg mengalami jadzab itu tidak boleh/bisa menjadi guru mursyid.
    Menurut ulama : syeikh sitijenar itu belum sempurna,belum shohwu. karna ia masih di maqom ”tajalli dzat”,
    Maaf karna ada majdub itu ada 2 ,ada yg naik(dimulai dr tajalli sifat sampai ke tajalli dzat),dan ada yg turun(sebaliknya).
    Untuk sementara sekian dulu,

    Comment by D'rod | October 6, 2009 | Reply

  10. Permisi,
    Maaf ya saudara semua..
    Saya ikutan bebagi sedikit dari apa yg mampu saya pahami,
    * seorang yg mengalami jadzab itu tidak boleh/bisa menjadi guru mursyid.
    Menurut ulama : syeikh sitijenar itu belum sempurna,belum shohwu. karna ia masih di maqom ”tajalli dzat”,
    Maaf karna ada majdub itu ada 2 ,ada yg naik(dimulai dr tajalli sifat sampai ke tajalli dzat),dan ada yg turun(sebaliknya).
    Untuk sementara sekian dulu,
    Makasih

    Comment by D'rod | October 6, 2009 | Reply

  11. Assalamu alaikum saudaraku,
    Dari kisah syekh siti jenar ini, kita hanya bisa mengambil hikmahnya saja. Masalah kita menafsirkan itu seperti apa, kita kembalikan kepada diri-sebenar-diri kita masing-masing.
    Wassalam.

    Comment by abdullah | October 11, 2009 | Reply

  12. Wa’alaykumsalam wa rohmatullohi wa barokatuh.
    He.em..
    Tergantung kapasitas masing2, setidaknya qt mencoba tuk menyampaikan apa2 yg mengarah kpd kebaikan.

    Comment by D'rod | October 25, 2009 | Reply

  13. saya ingin menggali lebih dalam ajaran Syeh Siti Jenar ini, beliau berasal dari kota kelahiran saya di Pati, Jateng. Tapi saya merantau hingga di Kendari…. Untuk mas Daris salam persahabatan…di Kendari sebelah mana..ya

    Comment by siti jenar community | January 22, 2010 | Reply

  14. asslamuaaikum wr.wb
    urun rembuk mas..aku pernah baca beberapa buku tentang syeh siti jenar,bahwa memang syeh mengajarkan terlalu tinggi,yang pada waktu itu masayarakat jawa pemahamanya belum nyampe,harus setahap demi setahap untuh mencapai hakekat ataupun makrifat,yang ditakutkan oleh wali songo adalah ketika orang jawa diajarkan islam dengan pemahaman yang terlalu tinggi maka akan ada pemahaman yang melenceng dari kodrat islam itu sendiri.kalo aku nglihatnya sih sama tujuanya tapi beda caranya ,kalo wali songo setahap demi setahap (memang kalo memahami islam harus gitu,mengenal baru mengerjakan)tapi kalo syeh siti jenar bypass,langsung ke intinya.kalo soal ilmu aku yakin semua tinggi ,cuma kan gak ada yang pamer si A lebih tinggi dari si B ,bukan wali kalo gitu hihi….trimakasih

    Comment by taufik gent | March 21, 2010 | Reply

  15. assalamu’alaikum
    ga usah repot2 to mas, anda mau belajar islam, anda pasti tahu kan islam siapa yg bawa ya tiru aja yg bawanya (Rosululloh Muhammad SAW)klo beliau pernah ajarkan ya kerjakan kalo beliau tdk pernah mengajarkan ya tinggalkan. b agaimana cara belajarnya? sy yakin anda semua tahu siapa yg paling faham tentang islam setelah Nabi Muhammad? ya tentu para shahabatnya kemudian para tabi’in kemudian tabi ut tabi’in terus menerus hingga pada ulama2 besar sperti imam malik,imam hanafi,imam hambali dll. anda belajar tinggal ambil dari mereka, buku2ny banyak yg sudah diterjemahkan, klo anda merasa kurang faham ya tanya pada ulama atau ustadz yg terpercaya keilmuanya. yg perlu digaris bawahi bahwa tdk ada ilmu islam itu yg tersembunyi semua yg diajarkan Rosululloh terang benderang seperti cahaya matahari siang hari dan semua aplikatif, salah satu ciri islam yaitu ajarannya tdk mengenal kasta asal mau belajar dan mengamalkan semua bisa mengerjakannya. wassalam

    Comment by garangsendiri | May 23, 2010 | Reply

  16. Assalamu’alaykum wrwb.Alhamdulillah senang dapat membaca disini and juga komentarnya bagus-bagus. Bicara islam ya sudah terang dan memadai. Nabi saw yang ummi berbekal hati yang suci lantas beliau saw memahami. Singkat kata ada yang berusaha (belajar memeahami agama islam) ada yang di kehendaki Alloh mengenal-NYA (ya tidak perlu belajar kepada manusia lagi kalo udah bgt alias Allohlah yang mengajarinya ! Hanya individu itu sendiri yang tahu kapan ia harus belajar lagi kepada manusia dan kapan cukup Alloh baginya (spt Nabi Muhammad SAW). Jadi itu sebenarnya bukan untuk diperdebatkan dan menjadi masalah yang simpang siur dalam pemikiran, tapi selayaknya yang belum sampai pada RIDLO ALLOH TUK MENGENAL-NYA , YA BELAJAR ISLAM MELALUI GURU dan literatur.Karena ILMU LADUNNI tidak pada perspektif AKAL lagi. Trims ya mas Daris.

    Comment by musthafa | June 10, 2010 | Reply

  17. wali songo atau siti jenar belajar agama islam sudah tentu dari ajaran nabi muhammad saw..lainlah kalau mereka itu lebih awal atau sama waktu hidupnya dgn nabi saw……..dari itu kita ikut saja ajaran yg telah di turunkan dari Allah melalui quran dan dari nabi saw melalui hadis…….mengapa harus di pertikaikan….kita bukan di zaman wali songo yg memang susah untuk berdakwah…….kita di zaman cyber…….mengapa harus kita mengundur ke belakang?

    Comment by usop | September 5, 2010 | Reply

  18. Ikutt nimbrung
    Setahu saya untuk belajar syariat Islam menurut sabda nabi dengan tuntunan Alqur’an & Alhadits.Tentu saja itu kita smua tahu, begitu juga Imam Ghazali pasti juga tahu.Pertanyaanya mengapa ulama besar seperti beliau yang hafal betul syariat Islam masih mengalami kegalauan hati tentang pencapaianya akan inti sebenarnya islam sehingga ia menempuh jalan sufi untuk mengetahuinya? begitu pula yang saya alami begitu banyak pertanyaan dihati saya sehingga bingung kepada Mursyid siapa harus saya cari jawabannya?Ini tak lain ibarat kita memanjat pohon(syariat)tapi tak mengambil buahnya(hakikat)

    Comment by ulin | September 16, 2010 | Reply

  19. sesungguhnya agama yang hanif ini diwahyukan kepada Nabi Muhammad untuk seluruh alam, tanpa terkecuali. Tidak ada ajaran yang dibedakan antara kaum miskin dan kaum kaya, kaum terpelajar maupun orang awwam, para ulama ataupun orang2 yang rendah intelektualitasnya. Maka apa yang datang dari Rasulullah, maka ikutilah. Apa2 yang tidak diajarkannya maka tinggalkanlah, apa2 yang masih meragukan maka rujuklah pada para sahabat terpercaya sepeninggalnya, kemudian pada para tabi’in, tabiut tabiin sesudahnya dan ulama2 yang terpercaya keimanan, amal shalih dan keilmuwannya. Maka itulah jalan terbaik yang menentramkan jiwa. Sesungguhnya Rasul kita tercinta adalah orang yang paling pandai dari sekalian manusia, paling fasih bahasanya dan paling tinggi pemahamannya akan Rabbnya. Namun tidaklah beliau berkata2 kecuali dengan perkataan yang jelas dan mudah dimengerti. Beliau seringkali mengulangi hingga tiga kali apa yang dikatakannya demi memahamkan kepada orang yang mendengarkannya. Dan beliau adalah orang yang tidak menyukai perkataan yang bertele2 dan menggelincirkan apalagi yang menyangkut Dzat Allah. Karena beliau tidak ingin umatnya terjebak pada kesesatan karena perkataan yang dibuat2 demikian puitis atau mengandung kesan hikmah dari orang yang berkata-kata padahal mengandung ketergelinciran. Dan beliau telah tekankan pula bahwa agama ini telah terang benderang laksana sinar matahari disiang hari. Tak ada hal yang tersembunyi apalagi sesuatu yang disembunyikan untuk sebagian orang dan dikhususkan untuk orang-orang tertentu. Wallahu’alam ….

    Comment by Akh Syafa'at | September 20, 2010 | Reply

    • alhamdulillah…tiada yg benar melainkan yg benar…menurut pendpatku yg baik pasti ad yg buruk…yg mngerti pasti ad yg x mengerti…bukankah telah ku jadikan d dlam dunia ini berpasang-pasangan…tiada bedanya…yg pasti allah dan rasul tetap d hati..wallahuallam

      Comment by SHARKAWI | November 17, 2011 | Reply

  20. ANE SETUJU DENGAN PENDAPAT AKH SYAFA’AT. SYUKRAN KATSIR

    Comment by kang oji | September 22, 2010 | Reply

  21. al faatihahh ila khadrothi wali songo wa syekh siti jener… innallaha yu’li darajaatihim wa nafa’ana min barokaatihim wa nafakhatihim wa bi ‘ulumihim wa asroorihim wa karomaatihim wa anwaarihim fi ddin wa ddunya walaakhiroh, aamiin

    Comment by Muhammad Syauqi Ghozi Baasayaiban | December 31, 2010 | Reply

  22. kalo kita faham tentang islam,iman dan ihsan secara menyeluruh, maka kita tidak akan mempermaslahkan persilangan pendapat antara syeikh siti jenar dg wali songo, karena dari persilangan pendapat itu, kalo kita melihatnya secara historis maka akan kita dapati permasalahan politis didalam persilangan itu. jadi persilangan pendpat itu merupakan skenario politik para elite politik kerajaan demak bintoro yg khawatir akan eksistensi kekuasaanya. sebagai referensi mungkin bisa lihat hasil desertasi Abdul Munir Mulkhan yg diterbitkan dg judul:”SYEKH SITI JENAR:Pergumulan Islam-Jawa” Pengantar: Mohammad Sobary, Penerbit : Yayasan bentang Budaya-Yogyakarta.
    trimakasih,

    Comment by koesoema | January 9, 2011 | Reply

    • kalo menurut saya bukan hanya masalah politik saja, yang paling penting justru maslah ajaran nya itu sendiri, yang dianggap menyimpang, kenapa menyimpang yah sudah jelas dalam islam yg diajarkan oleh nabi muhamad harus menjalankan rukun islam(sholat dll), lha ajaran syekh siti jenar khan justru memang meyimpang dari yg diajarkn nabi muhamad, jadi sebagai muslim sudah kartu mati kalo muslim yah haus ikut nabi muhamad, dan kalo mo ikut yang laen yah terserah dan sah2 saja

      Comment by ian ibrahim | June 21, 2011 | Reply

  23. Syeikh Siti Jenar, atau nama sebenarnya Syeikh Abdul Jalil Al-Hussein, ada pertalian nasab dgn Sayyedina Hussein. Ajarannya benar, telus, lurus, antara sebenar2 jalan Kewalian, jalan Ahlul Bait. Ajarannya dan pengaruh ilmunya berisi, amat luar biasa, hinggakan bilangan murid2 setia serta pengikut2nya semakin bertambah ramai. Ada sesetengah Ahli Hakeqat menamakan beliau itu Wali 10…

    Maka kemahsyuran beliau itu telah sampai kepengetahuan Wali Songo. Hinggakan mereka bimbang karna pengaruh Dewan Wali Songo sudah mula merosot, sedangkan perkembangan agama Islam diketika itu baru mula bertapak ditanah Jawa. Maka dibawah hasutan dan pengaruh Dewan Wali, maka atas perintah Raden Fatah Kesultanan Demak, telah menghukum ajaran Syeikh Siti Jenar itu sesat, disangka terkeluar dari ajaran Islam. Maka Syeikh Siti Jenar telah menerima hukuman sedekian rupa….

    Apakah Wali Songo itu sebenar2nya Wali? Jika mereka itu Wali, kenapa mereka itu nggak bisa menyelam ketulenan ajaran ilmunya Syeikh Siti Jenar itu? Jika mereka itu Wali kenapa mereka nggak membela kebenaran ajaran Kewalian beliau itu? Apakah beliau telah jadi mangsa korban fitnah, atau konspirasi Dewan Wali? Cuba renongkan, antara Sembilan Wali itu ada “Satu Wali”, yg beriya2 benar memainkan peranan utama, supaya beliau dihukum mati? Siapakah yg menghasut “Satu Wali” itu? Apakah akibatnya dan sumpah laknatnya, apabila seorang lagi Nasab Al-Hussein terkorban..??

    Rasanya amat sukar utk menjawabnya, melaenkan hanya diketahui oleh salah seorang dari kalangan aliran nasabnya Al-Hussein yg bernama “Si-Dia”, yg dibimbing oleh Nabi Khidir AS. Begitu juga karna antara Guru Pembimbing kepada Al-Marhom Syeikh Siti Jenar itu adalah yg sama itu juga, yaitu Nabi Allah Khidir AS. Kalo Nabi Khidir AS nggak membukakan rahsianya kepada “Si-Dia” itu, nggak ada siapa yg tahu “dalang”nya yg telah menghasut Dewan Wali itu…

    Wallahu’alam & Wassalam….

    Sekian, hanya sedikit sekadar utk direnongkan,
    menjelang kebangkitan Islam diAkhir Zaman….

    Comment by Toha | January 31, 2011 | Reply

    • lho kan malah buruk sangka pada salah se orang walı ‘sı dıa’ emangnya anda ını sıapa ? Emangnya anda hıdup sejaman dg mereka semua,lha wong yg hıdup sejaman dg mereka pun ada yg paham dg pemahaman mereka kok,terus anda yg hıdup terpaut jauh malah meragukan kewalıan mereka ıtu BAGAGAIMANA ?

      Comment by ımam syafı'ı | January 19, 2013 | Reply

  24. assalamu’alaikum
    menurut pendapat dan pandangan saya: kisah Syeikh siti jenar atau syeikh lemah abang ini sebenarnya tak jauh berbeda dengan kisah al halaj. pemaham akal dan budi awam tetu tak akan sanggup mencapai tataran ilmu yang telah diselami oleh sang syeikh.
    secara konseptual ajaran syeikh mungkin bertentangan dengan syariat karena ini sudah masuk pada level hakikat ilahiah. ilmu yang telah dijejaki oleh kedua tokoh tersebut merupakan rahasia ilahiah yang bersifat individual dan seharusnya tidak bocor atau terpublikasi secara luas kepada khalayak awam.
    namun demikian dalam pandangan saya, syeikh sitijenar tidak dapat sepenuhnya disalahkan untuk kejadian ini. seseorang telah dimabukcinta biasanya tidak dapat menahan gejolak emosi dan ilmu yang menggebu di dalam dirinya.

    begitupula halnya walisongo pun juga tak dapat dikatakan bersalah. beliau-beliau para syeikh hanya menjalankan syariat dan menegakkan rahmat Allah agar tidak tersebar kesalahpahaman dimuka masyarakat.

    saya yakin keduabelah pihak pasti mendapat rahmat Allah

    Comment by botol air | March 22, 2011 | Reply

  25. Bismillah
    Subhanallah.. klo dilihat dr ajarannya syeikh siti jenar ini begitu indahnya (klo yg mengerti) dia mengajarkan untuk mengenal Allah swt dan kajian diri. spt firman Allah swt ” kenalilah dirimu maka engkau akan mengenalKU”. Hanya caranya berbeda yg dimana jemaahnya cara berpikir belum bisa sampai ke inti ajarannya, yang pasti klo saya melihat ajarannya sudah memfanakan dunia yg ada hanya cinta ke pd Allah swt. Sholawat dan salam ke baginda Rossulullah dan beliau syeikh siti jenar.. semoga kita mendapatkan safaat dr ajarannya. wassalam

    Comment by hadi | March 23, 2011 | Reply

  26. assalamu ‘alaikum wr.wb. maaf ane cuma kasih tambahan aja tentang cerita Syech Siti Jenar, Knapa Sunan Bonang tidak memberikan/menurunkan ilmunya kepada Syech Siti Jenar? dan kenapa Sunan Bonang hanya menugaskan Syech Siti Jenar hanya mengisi air selama jadi muridnya?Knapa Sunan Bonang mau menurunkan ilmu kepada murid2nya selalu tidak mau didengar oleh Siti Jenar?jjawabannya cuma satu karena ilmu yang disampaikan oleh sunan bonang sudah dia pelajari dan sudah dipegang pemahamannya dalam hidupnya. setuju ngga………..?

    Comment by moya | March 26, 2011 | Reply

  27. Saya jadi teringat cerita dari guru saya, bahwa rosulullah saw pernah memberi nasihat kepada salah seorang sahabat r.a, bahwa rosul memberikan 2 karung ilmu kepadanya, yang satu boleh dibuka tapi yang satu tidak boleh dibuka. Saya kira semua bisa menafsirkan maksud dari ini semua, jadi gk perlu diperdebatkan dan jalani keyakinan masing-masing.
    Karena antara syekh siti jenar dan wali songo mungkin sama-sama tidak ada yang salah, yang satu ingin menyampaikan gebyarnya ilmu, yang satu lagi ingin menjaga ketertiban dimasyarakat dengan syariatnya. Wallahu a’lam bishshowab

    Comment by musafir | May 27, 2011 | Reply

  28. sosok Siti Jenar adalah “iman didepan Allah kafir didepan manusia”

    Comment by Achmadi | July 16, 2011 | Reply

  29. ambil hikmah dan i’tibar yang baik, dari tiap peristiwa..
    syariat tanpa hakikat, buta..
    hakikat tanpa syariat,meragukan.
    kulit perlu, isi juga perlu.. kedua2 nya perlu..

    Comment by ibnu umar | August 6, 2011 | Reply

  30. hamba Allah mana yang mampu mengalahkan ketaatan rosul kita Nabi Muhammad SAW.
    toh, Rosulillah SAW tetap sholat, dan tetap menjalankan ibadah syariat lainnya. padahal beliau telah di ma’sum…..
    jaminan ma’sum untuk beliau Nabi Muhammad SAW, tidak menjadikan beliau kendor ibadahnya.
    bagaimana dengan orang yang tidak ada jaminan di ma’sum, masa mau malas karena merasa telah dan telah mencapai kesempurnaan….
    hati-hati ya…..
    soal syekh siti jenar , Wallahu a’lam bishowab..

    Comment by ibnu umar | August 6, 2011 | Reply

  31. Yang terpenting semua Ummat Islam Tetap harus berpegang kepada Syari,at, Firman Ilahi ( Al Qur,an ) dan Sunnah yang Shahih. Allahu .Alam.

    Comment by Abdul Rahman Ali | August 7, 2011 | Reply

  32. Ikutan ajj..

    Assalamu Alaikum Wr.Wb ..

    Menurut pandangan saya ajaran Syekt Siti Jenar tidak bisa dikatakan sesat karena semua itu tergantung induvidualnya bagaimana
    pemahaman masing” tapi yang harus ditekankan untuk kita yang hidup dijaman modern sekarang ini ada baiknya mengingat pesan terkahir Rasulullah SAW, ketika beliau mewariskan dua perkara kepada ummatnya yaitu ( Al Qur,an dan Sunnah Rasululah SAW ) sebagai pedoman hidup jadi tidak usah memperdebatkannya lagi, mari kita mulai dari diri sendiri untuk mencapai tujuan hidup yang selalu mendapatkan Ridho Allah SWT…..

    Wassalam,

    Comment by Belajar | February 12, 2012 | Reply

  33. gitu aja kok repot…..

    Comment by arief | November 18, 2012 | Reply

    • Tidak ada informasi yg akurat mengenai beliau. Sumber sejarah mana yg di pakai?
      Apa otentik? Semua sumber yg ada mirip dongeng, jadi tidak bisa dijadikan acuan untuk menilainya. Sumber2 yg ada sekarang ttg siti jenar bahkan para wali, bersumber pada kitab yg ditulis beberapa abad setelah wali2 tsb wafat.. Cam kan itu… Perhatikan kisah para wali yg mirip dongeng dan cenderung hiperbola.. Itu banyak diluar kaidah islam yg haq. Bkn wali nya yg salah. Penulisnya yg subjektif tidak memenuhi kaidah penulisan sejarah yg standar. Banyak disusupi ajaran kebatinan jawa dan kejawen yg cenderung hinduistik. Model penulisan yg buruk bisa dilihat dari babad tanah jawa. ahli sejarah HJ de Graaf. Menurutnya apa yang tertulis di Babad Tanah Jawi dapat dipercaya, khususnya cerita tentang peristiwa tahun 1600 sampai zaman Kartasura di abad 18. Demikian juga dengan peristiwa sejak tahun 1580 yang mengulas tentang kerajaan Pajang. Namun, untuk cerita selepas era itu, de Graaf tidak berani menyebutnya sebagai data sejarah: terlalu sarat campuran mitologi, kosmologi, dan dongeng.

      Comment by Ratu Sahril | January 23, 2013 | Reply

      • lebih baik diam dr pda ngomong asal buka mulut. bau bgt tau mulut mu itu.busukkkkkk

        Comment by putune syeh jangkung | May 20, 2013

  34. Semoga keselamatan, rahmat, berkah dan ridlo Allah tercurah atas kita, Amiiin!
    Saudaraku! semua yang ada dibumi dan dilangit milik Allah semata dan semua pergerakan ciptaannya adalah telah menjadi ketentuan-Nya serta tidak pernah lepas dari ilmu-Nya. Maha Suci Allah atas segalanya. Beranikah kita menjadi hakim atas kehendak-Nya? Siapakah kita! Punya hak apa kita? Kuasa Allah atas segala sesuatu. Janganlah kesombongan kita menyetarakan diri kita dengan Dia dengan menghakimi sesuatu yang menjadi wewenang-Nya. Nyuwun Ngapunten Allah! Dari-Mu segala kebaikan dan keburukan berasal.

    Comment by Mbah Luthfi | February 27, 2013 | Reply

  35. knpa sampeyan smua mndebatkan agama? apa gk malu sampeyan smua itu,agama itu bukan untuk debat,agama islam itu saling mnyayangi,dan saling mawas diri,ikhlas dan sabar, itulah islam. jd. …… jgn pda ngaku2 islam/muslim klo sampeyan smua gk punya smua itu, bagaima……..??????????

    Comment by agus | May 20, 2013 | Reply

  36. subhanaLLAH wal hamduliLLAH.

    knapa eyang ku di jadikan bahan prdebatan disni? kalian smua itu siapa?

    tau apa dan faham apa tentang beliau(eyang ku)…..??????????
    jgn smmmmmmbarangan ya kalian smua.

    Comment by putune syeh jangkung | May 20, 2013 | Reply

  37. 1. Mematikan dalam menjalankan kebebasan yg iklas, artinya berserah diri menjalankan peran yg di ridhaiNya.

    2.Menghidupkn dlm menjalankan ibadah krna kewajiban, artinya menjalankan ibadah karena ke inginan mulia.

    Gimana caranya menyatukan ke duanya?

    Comment by sesat | September 18, 2013 | Reply

  38. Banyak sekali sekali tulisan yang mengungkap kemisterian syeh Siti Jenar alam berbagai fersi, dan yang di bawah inipn juga merupakan secuil dari kisah perjalanan beiau :

    Keberhasilan Syeh Siti Jenar dalam membentuk suatu konsep kemasyarakatan yang berbasis Islam dengan istilah “MANUNGGALING KAWULO LAN GUSTI” , adalah suatu konsep kemasyarakatan yang pada intinya mentiadakan sekat-sekat ataupun strata dari kalangan priyayi yang pada saat itu erat sekali dengan sebutan “gusti”, dan rakyat jelata yang sebagai “kawulo” (hamba sahaya/budak).
    Sekat-sekat tersebut berhasil dihapuskan oleh syeh Siti Jenar dengan meleburkan antara kalngan bangsawan dan rakyat biasa, antara kalangan yang erat dengan sebutan “gusti” dan rakyat jelata/kawulo.
    konsep jamaah dalam solat itu ternyata mendapat sambutan besar dari kalangan masyarakat pada saat itu, dan syeh Siti Jenar pulalah yang berhasil merubah istilah untuk tidak lagi dipergunakan oleh kalangan rakyat biasa dengan menggantinya sebagai kata “isun/ingsun” dan bukan “kawulo (hamba/budak) lagi.
    Tentu saja hal ini menjadikan pemimpin kesultanan pada pada waktu itu amat sangat tidak setuju dan merasa dirugikan dengan adanya konsep kemasyarakatan tersebut, yang konon kesultanan ada pada kendali sultan Trenggono.
    Berbagai carapun dikerahkan untuk membendung dan mengkandaskan pembaharuan tersebut yang digagas oleh syeh Siti Jenar, hingga sampai pada perintah keras untuk menangkap dan memusnahkan si pembuat konsep tersebut, karena pihak kaum bangsawan dan priyai amat sangat dirugikan.
    Pada hal, ketauhidan syeh Siti Jenar yang berbasiskan tauhid syar’i, tauhid sejati yang qur’ani adalah dengan pengetrapan fana’ dan baqo’ yang berhulu pada “kullu syai’i hãlikun illa wajhahu” (segala sesuatu itu pasti hancur kecuali Allah).
    Dengan tendensi politik kesultanan maka berhembuslah fitnahan-fitnahan, propaganda, dan sejenisnya yang intinya untuk mendiskriditkan Syeh Siti Jenar(syeh ali hasan abdul jalil) yng sebenarnya adalah mursyid toriqoh al ahadiah dengan sanad sayyidina Utsman bin affan, bahkan beliau pada usia 12 tahun sudah menghafal alqur’an yang beliau pelajari dari ayahnya begitu juga tafsir alqur’an, tidak hanya itu, beliau juga belajar ushuluddin pada sunan Gunung Jati selama 2 tahun, belajar fiqih kepada sunan Ampel selama 8 tahun, dan beliau juga mempunyai putri yang bernama Syarifah Zainab yang diperistri oleh SUNAN KALI JAGA, selain juga sunan kali jaga beristri salah satu putri dari sunan Ampel.
    Rupanya tak berhenti sampai di situ, belanda dengan politik de vide et impera nya juga menambah panjangnya deretan ketidak benaran sejarah yang semestinya di kalangan masyarakat pribumi, khususnya kalangan santri dan masyarakat biasa.

    Comment by ibrahim | December 12, 2015 | Reply


Leave a comment