Rajah Gambar Singa
Pada suatu ketika ada seorang laki-laki yang menginginkan rajah gambar singa di punggungnya. Dia segera pergi ke tukang rajah dan menyatakan apa keinginannya.
Tetapi segera setelah merasakan beberapa tusukan (jarum) pertama, laki-laki itu mulai mengerang dan merintih: “Engkau mau membunuhku! Bagian singa mana yang sedang kau buat?!”
“Aku baru mengerjakan ekornya sekarang.”
“Maka, biar kita hapus saja ekornya!” teriaknya. Maka sang seniman mulai lagi. Dan lagi-lagi si pasien tidak tahan merasakan tusukan. “Bagian mana lagi, kali ini?” teriaknya, “karena aku tak tahan merasakan sakitnya.”
“Kali ini,” kata sang seniman, “adalah telinga singa.”
“Biar kita miliki gambar singa tanpa satu telinga,” katanya dengan terengah-engah.
“Maka sang pembuat rajah mencoba lagi. Tidak berapa lama setelah jarum menusuk kulitnya, ia menggeliat lagi, “Bagian singa yang mana lagi, kali ini?”
“Ini adalah bagian perut singa,” kata sang seniman dengan lemah.
“Aku tidak mau seekor singa dengan perut!” teriak laki-laki tersebut.
Dengan perasaan jengkel dan putus asa, sang seniman pembuat rajah berdiri, sebentar. Kemudian dia membuang jarumnya dan berteriak, “Seekor singa tanpa kepala, tanpa ekor; tanpa lambung? Siapa yang dapat menggambar demikian? Bahkan Tuhan pun tidak!”
Penyelamatan Diri Sendiri
Ada seorang laki-laki yang memiliki beberapa ekor ternak dan ketika ia mendengar bahwa Musa mengerti bahasa binatang, ia membujuknya untuk mengajarkannya.
Berbekal pengetahuan ini ia mendengarkan apa yang dikatakan binatang ternaknya.
Si ayam jantan berkata pada anjing, bahwa si kuda akan segera mati, dan laki-laki itu mengerti. Maka dia menjual kudanya sebelum ia menderita kerugian.
Beberapa waktu berselang, lagi-lagi ia menggunakan pengetahuannya, ia mendengar ayam jantan berkata kepada anjing, bahwa bagal tidak lama lagi akan mati, maka ia pun menjualnya, untuk menghindari kerugian.
Ayam jantan selanjutnya berkata bahwa budak dari laki-laki tersebut akan meninggal. Laki-laki tersebut dengan senang menjual si budak, untuk mengamankan uangnya sendiri. Ia sangat puas dengan dirinya sendiri dan menganggap hal ini sebagai nilai pengetahuan untuk menolong manusia dalam persoalan sehari-hari.
Sekarang orang itu mendengar ayam jantan berkata kepada anjing, bahwa dirinya (laki-laki tersebut) akan mati. Dengan panik dia pergi ke Musa, meminta nasihatnya mengenai apa yang dilakukan.
Musa berkata, “Engkau dapat pergi dan menjual dirimu sendiri sekarang.”
Mengambil perhatian dari pelajaran ini, bahwa pengetahuan bagaimana melihat kemampuan khusus orang lain, tidak berarti sesuai dengan kebutuhan sebenarnya — dirinya sndiri.
Delapan Sifat Kaum Sufi
Membaca Filosofi Sufi
Membaca sesuatu dan segala sesuatu dalam Sufisme seperti membaca segala macam buku dengan subyek berbeda tanpa dasar yang penting. Suatu malapetaka, seperti halnya pengobatan secara serampangan, mungkin membuat manusia malah lebih buruk daripada sebelum membacanya.
Tulisan-tulisan Sufi senantiasa ditujukan untuk pengunjung khusus. Pengunjung ini tidak sama di Bukhara dengan di Basrah, di Spanyol dan di Afrika.
Namun nilai kumpulan pelajaran khusus dari bacaan-bacaan Sufi yang dibuat seorang Sufi tidak dapat dilebih-lebihkan.
Nilai-nilai tersebut termasuk:
Pilihan bagian-bagian yang akan membantu komunitas menemukan jalannya.
Persiapan murid, untuk pencerahan yang diberikan guru secara pribadi bila waktunya siap;
Suatu perbaikan terhadap pengulangan-pengulangan doktrin dan praktek biasa yang membosankan, yang pudar tanpa diketahui.
Suatu perbaikan terhadap kegembiraan yang kita alami setiap hari, dan yang memanipulasi kita tanpa kita ketahui.
Oleh karena itu, bacalah, apa yang sudah disiapkan untukmu, sehingga engkau memperoleh berkah dari kebahagiaan abadi.
(Hadrat Bahauddin Naqsyabandi)